“Perspektif,
ada banyak sisi… bisa dipilih, tentu saja yang baik buat kamu…”
Perspektif dalam kamus
besar bahasa indonesia dapat diartikan sebagai cara melukiskan suatu benda pada
permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi
(panjang, lebar dan tinggi); perspektif juga dapat diartikan sebagai pandangan
atau sudut pandang.[1] Jadi sangat
bergantung kepada pengetahuan dari orang yang memberikan pandangan atau
pendapat. Refleksi dari yang dikatakan seseorang itu berdasarkan pengetahuannya
akan apa yang dibicarakan atau diutarakan. Tidak semua pandangan orang lain itu
cocok atau sesuai dengan keadaan kita. Kita hanya perlu memilah dan memilih
mana pendapat atau pandangan yang cocok dengan kita.
Jadi, Ada satu kisah
yang sering kali diulang dan hampir setiap waktu jika bercerita tentang sifat manusia
dalam melihat realitas yang ada didepan mareka. Kisah ini merupakan kisah yang
paling sering diutarakan dan mungkin hampir semua orang tau kisah ini. Ini
merupakan kisah seorang yang sangat bijak, sangking bijaknya hingga Allah pun
menyebutkan namanya di dalam Al-qur,an. Nama orang bijak tersebut adalah
Lukmanul Hakim. Si orang bijak yang selalu mengingatkan anaknya akan Allah, dan
selalu memberikan nasehat yang penuh makna kepada anaknya.
Ada kisah dimana sang
bijak, yaitu lukman al-hakim pergi ke pasar bersama anaknya. Sang bijak dan
anaknya hendak menjual keledai untuk kebutuhan sehari-hari. Maka pergilah
mareka menuju ke pasar pada pagi harinya. Mareka berangkat dengan menaiki
keledai yang hendak dijual. Keduanya sampai pada satu desa yang penduduknya
sedang duduk bergurau didepan rumahnya. Lukman dan anaknya melewati penduduk
desa tersebut dan tersenyum kepada mareka. Begitu lukman dan anaknya melewati
mareka, ada di antara penduduk yang berkata; apa mareka sudah gila dan tidak
berfikir, keledai yang kecil dinaiki berdua. Sungguh mareka sudah mendapati
keledainya mati nantinya karena menanggung beban yang berat. Mendengar
perkataan yang demikian lukman pun turun dan membiarkan anaknya yang
menunggangi keledai. Lukman pun melanjutkan perjalanan ke pasar.
Selama perjalanan
lukman kembali bertemu dengan satu kaum yang sedang beristirahat, sepertinya
kaum tersebut sedang melakukan perjalanan yang jauh. Lukman melewati mareka
dengan tersenyum ramah dan marekapun membalas senyum lukman dengan ramah. Hal
yang sama terjadi, ketika lukman melewati mareka; lukman mendengar perkataan
kaum tersebut terhadap dia dan anaknya. Kaum tersebut berkata; Sungguh anak
yang tidak tahu diri dan tidak beradab, anak durhaka, dia menyuruh ayahnya
(lukman) berjalan kaki sedangkan dia dengan enaknya duduk diatas keledai.
Mendengar hal itu lukman menyuruh anaknya turun dan lukman menaiki keledai
tersebut.
Lukman dan anaknya
kembali melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan mareka kembali bertemu dengan
sekelompok kabilah yang juga sedang beristirahat. Seperti biasa, lukman
tersenyum kepada mareka dan mareka melakukan hal yang sama. Disitu lukman
kembali mendengar perkataan yang tidak mengenakkan. Salah seorang dari kabilah
tersebut berkata; sungguh bapak yang tidak beradab, bapak yang tidak menyayangi
anaknya, dia membiarkan anaknya berjalan kaki sedangkan dia menunggangi
keledainya. Mendengar perkataan yang demikian, lukman turun dari keledai.
Keduanya kemudian
berjalan kaki dengan membiarkan keledai tanpa dinaiki. Dan mungkin ada banyak
perkataan orang yang akan timbul dengan sikap lukman yang tidak menaiki
keledainya. Ataupun orang akan memandang lukman lebih gila lagi jika lukman malah
mengangkat keledainya bukan menungganginya.
Ya begitulah, sudut
pandang seseorang terhadap kita dan bisa jadi sudut pandang kita terhadap orang
lain juga begitu. Ada beberapa adagium lainnya yang berkaitan seperti “jangan
menilai buku dari sampulnya”. Artinya kita perlu membaca buku itu dulu baru
boleh menilai buku tersebut. Kaitannya dengan cerita ini, jika seseorang tidak
tahu keadaan orang lain atau bahkan belum mengenal orang tersebut, sepantasnya
kita tidak membicarakan atau menilai orang tersebut jelek, gak bagus
perangainya de el el,,, sebaik kita berkenalan dulu, komunikasi de el el…
karena gak ada orang yang mau dinilai oleh orang yang sama sekali tidak tahu
duduk permasalahannya. Artinya jangan menilai orang lain jika karena orang
tersebut tidak seperti yang kita pikirkan. Dan kita, juga berharap orang lain
tidak menilai kita sebagaimana yang dia pikirkan. That’s it… super sekali… J.
You'll be stunned through the prospect lists you observe advertised home. https://imgur.com/a/SPzeYBG https://imgur.com/a/1jnxoo6 https://imgur.com/a/FPesiFs http://07mr4dhpyd.dip.jp https://imgur.com/a/pOG3KKe https://imgur.com/a/P9TtRvL https://imgur.com/a/qiCAewk
ReplyDelete