Kamu mungkin bisa menunda waktu, tapi waktu tidak akan bisa menunggu...Waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.

Friday, March 30, 2012

Pembimbing, Bimbing atau “bimbing”?!



Secara bahasa pembimbing berasal dari kata bimbing yang dalam kamus besar bahasa indonesia mempunyai arti yaitu: 1 pimpin; asuh; 2 tuntun. Jadi pembimbing  n adalah 1  orang yg membimbing;  pemimpin; penuntun;  2  sesuatu yg dipa-kai untuk membimbing spt pengantar  (ilmu pengetahuan);  3   ark kata penda-huluan. Membimbing sendiri mempunyai arti 1 memegang tangan untuk menuntun; memimpin.  2 memberi petunjuk (pelajaran dsb); mengasuh: 3 memberi penjelasan lebih dulu (tentang sesuatu yg akan dirundingkan dsb): bimbingan  n 1  petunjuk, penjelasan cara mengerjakan dsb sesuatu; tuntunan; pim-pinan. (jika ada yang sangsi dengan arti kata yang aku tuliskan ini, check aja kamus, buat footnote terlalu memudahkan anda… hahaha… tapi ini kutipan dari kamus besar bahasa indonesia kok… tenang aja, itu intinya)

            Kata ini sering kita dengar dan aku sendiripun terlalu sering mendengarkan kata ini (sehingga membuatku bosan, mendengarnya saja aku sudah bosan apalagi hendak berjumpa dengan pembimbingnya) ketika masa akhir perkuliahan. Atau pada tahapan akan atau sedang atau hampir siap dalam pembuatan skripsi atau tugas akhir mahasiswa.
Lagaknya pembimbing itu macam-macam, (anda liat sendirilah nantinya) kita yang tidak sabaran atau tidak tahu betul pembimbing kita. Apakah dia tahu apa yang sedang kita tulis, atau hanya pura-pura tahu dengan apa yang kita tulis. Kita yang menjadi korban karena ke-sok-an nya pembimbing kita. Jauh sebelum bimbing dengan pembimbing yang di tujukan kepada kita, kita harus bertanya lansung kepada pembimbing kita apakah dia siap untuk membimbing kita, dan bersedia menyediakan waktu kepada kita. Setelah kita tanyakan seperti itu, tidak ada jaminan untuk kita mudah menjumpainya.
Dia tentu akan mempersulit kita karena kesibukannya dia. (segaja atau tidak tentunya, kita tetap jadi korban) Misalnya gini, hari pertama kita jumpa sama dia, dia bilangnya “kamu harus bimbing sama saya hari kamis dan jum’at, setiap jumpa harus perbab, tidak boleh semuanya sekaligus.” Dan kita setuju, namun apa yang terjadi ketika sampai hari kamis. Kita akan mendapatkan jawaban “besok saja… Saya lagi tidak ada di kampus.” (taiklah tu dosen, sok udah jadi dosen, itu pun lulusan S1 belum S2, Kurang ajar memang) dan kita mulai mengupat. Kita iyakan besok karena kita butuh sama si dosen itu. Tibalah hari jum’atnya dan kita kembali menghubungi si dosen. Dan kekecewaan yang kita dapatkan “saya tidak bisa di jumpai terhitung hari ini sampai sepuluh hari kedepan, jadi tolong jumpai saya sepuluh hari lagi mulai hari ini, karena saya ada bla…bla… bla… bla…” (ntah apa alasannya dengan berbagai tetek begek lainnya sebagai dosen tak punya tanggung jawab).*** this part based on true story!***
Nah…! Dosen yang seperti ini, sebaiknya kita minta ganti saja. Karena percuma saja kita menunggu dia karena kedepannya dia akan tetap seperti itu. Kita yang menjadi korban karena kesibukannya dia. Terbuang waktu kita sia-sia hanya karena menunggu dia. Terkuras pikiran kita karena hal yang tidak berhubungan dengan skripsi kita. Kita asyik khawatir dengan ketidak pastiannya dia dalam membimbing atau aku lebih prefer bilang kata tidak becusnya dia dalam membimbing. Dan… alasan yang paling penting adalah dia tidak punya rasa tanggung jawab dalam membimbing mahasiswa. Dan ini terlihat jelas dari ke-tidak-konsisten-nya dia dalam berbicara. Hari ini bilang gini, besok dan lusa sudah bicara lain. Oke…! Kita bisa pahami dia sebagai manusia biasa, dosen juga manusia biasa. Tapi siapa kita?! Siapa mahasiswa itu?! Apa mareka bukan manusia?! Tidak semua mahasiswa punya kapasitas yang dalam kategori pintar atau sejenisnya. Makanya perlu bimbingan dari para dosen-dosen yang terhormat dalam menyelesaikan tugas akhirnya. Jika disalahgunakan kata bimbingan itu,,, yach… apa hendak dikata, Jari tengah buat mareka yang berbuat demikian.
Permasalahan yang paling sering dialami mahasiswa adalah susahnya berjumpa dengan dosen. Kurang jelasnya maunya si dosen dan dosen yang membimbing kita tidak memahami tujuan dari tulisan kita. Atau bisa jadi dosen memang tidak punya kompetensi dalam membimbing mahasiswa. Anda sendiri sebagai mahasiswa yang mampu menilai itu semua. Yang jelas, pembimbing itu tugasnya adalah membimbing dan megarahkan mahasiswa. Bukan mempermainkan mahasiswa karena ketidakmampuannya dalam membimbing. Jika memang tidak mampu, maka cepat katakan dari awal dan jika tidak bisa di jumpai di kampus, maka diizinlan untuk jumpa di rumah atau di tempat lainnya. Saling pengertianlah, jangan terlalu bangga jadi dosen. Hari ini anda memang dosen di kampus dan hanya di kampus, di luar anda bukan sapa-sapa. Dan siapa yang menjamin kedepannya anda tetap akan menjadi dosen. Roda selalu berputarkan, jika bukan diakhiri sekarang roda yang tidak bagus ini, kapan lagi?!
Kenapa contohnya dosen?! Dan sepertinya cenderung memojokkan dosen?! Ini tidak fair atau tidak adil dalam menilai. Tidak semua dosen seperti itu, aku saja tidak seperti itu. (Mungkin ada yang bertanya seperti itu) Ya… karena yang paling banyak buat ulah dan suka “mempermainkan” mahasiswa itu adalah dosen. Dan juga… terlalu banyaknya masalah mahasiswa karena dosen pembimbingnya. (aku sendiri mengalaminya, jadi sedikit mudah untuk di tuliskan, plus, perkataan kawan-kawan yang sudah menjalani dan lagi menjalani bimbingan). Dan tentu saja tidak semua dosen seperti itu, relative, tergantung juga sebetulnya, hanya beberapa oknum dosen yang seperti itu. Tapi tetap saja keadaan seperti ini membuat resah mahasiswa. Dan tertunda dalam mencapai gelar sarjananya. Sebaiknya permasalahan ini jangan dibiarkan berlarut-larut. PEACE!!! J


***Dedicated to my friends all around the world, who have the same problem***
                                                                                   
                                                                                                Indonesia, 2 maret 2012

No comments:

Post a Comment