Secara
bahasa pembimbing berasal dari kata bimbing
yang dalam kamus besar bahasa indonesia mempunyai arti yaitu: 1 pimpin; asuh; 2
tuntun. Jadi pembimbing n adalah 1
orang yg membimbing; pemimpin;
penuntun; 2 sesuatu yg dipa-kai untuk membimbing spt
pengantar (ilmu pengetahuan); 3 ark
kata penda-huluan. Membimbing
sendiri mempunyai arti 1 memegang tangan untuk menuntun; memimpin. 2 memberi petunjuk (pelajaran dsb); mengasuh:
3 memberi penjelasan lebih dulu (tentang sesuatu yg akan dirundingkan dsb): bimbingan n 1
petunjuk, penjelasan cara mengerjakan dsb sesuatu; tuntunan; pim-pinan.
(jika ada yang sangsi dengan arti kata yang aku tuliskan ini, check aja kamus,
buat footnote terlalu memudahkan anda… hahaha… tapi ini kutipan dari kamus besar
bahasa indonesia kok… tenang aja, itu intinya)
Kata ini sering kita dengar dan aku sendiripun terlalu
sering mendengarkan kata ini (sehingga membuatku bosan, mendengarnya saja aku
sudah bosan apalagi hendak berjumpa dengan pembimbingnya) ketika masa akhir
perkuliahan. Atau pada tahapan akan atau sedang atau hampir siap dalam
pembuatan skripsi atau tugas akhir mahasiswa.
Lagaknya
pembimbing itu macam-macam, (anda liat sendirilah nantinya) kita yang tidak
sabaran atau tidak tahu betul pembimbing kita. Apakah dia tahu apa yang sedang
kita tulis, atau hanya pura-pura tahu dengan apa yang kita tulis. Kita yang
menjadi korban karena ke-sok-an nya pembimbing kita. Jauh sebelum bimbing
dengan pembimbing yang di tujukan kepada kita, kita harus bertanya lansung
kepada pembimbing kita apakah dia siap untuk membimbing kita, dan bersedia
menyediakan waktu kepada kita. Setelah kita tanyakan seperti itu, tidak ada
jaminan untuk kita mudah menjumpainya.
Dia
tentu akan mempersulit kita karena kesibukannya dia. (segaja atau tidak
tentunya, kita tetap jadi korban) Misalnya gini, hari pertama kita jumpa sama
dia, dia bilangnya “kamu harus bimbing sama saya hari kamis dan jum’at, setiap
jumpa harus perbab, tidak boleh semuanya sekaligus.” Dan kita setuju, namun apa
yang terjadi ketika sampai hari kamis. Kita akan mendapatkan jawaban “besok
saja… Saya lagi tidak ada di kampus.” (taiklah tu dosen, sok udah jadi dosen,
itu pun lulusan S1 belum S2, Kurang ajar memang) dan kita mulai mengupat. Kita
iyakan besok karena kita butuh sama si dosen itu. Tibalah hari jum’atnya dan
kita kembali menghubungi si dosen. Dan kekecewaan yang kita dapatkan “saya
tidak bisa di jumpai terhitung hari ini sampai sepuluh hari kedepan, jadi tolong
jumpai saya sepuluh hari lagi mulai hari ini, karena saya ada bla…bla… bla…
bla…” (ntah apa alasannya dengan berbagai tetek begek lainnya sebagai dosen tak
punya tanggung jawab).*** this part based on true story!***
Nah…!
Dosen yang seperti ini, sebaiknya kita minta ganti saja. Karena percuma saja
kita menunggu dia karena kedepannya dia akan tetap seperti itu. Kita yang
menjadi korban karena kesibukannya dia. Terbuang waktu kita sia-sia hanya
karena menunggu dia. Terkuras pikiran kita karena hal yang tidak berhubungan
dengan skripsi kita. Kita asyik khawatir dengan ketidak pastiannya dia dalam
membimbing atau aku lebih prefer bilang kata tidak becusnya dia dalam membimbing. Dan… alasan yang paling
penting adalah dia tidak punya rasa tanggung jawab dalam membimbing mahasiswa.
Dan ini terlihat jelas dari ke-tidak-konsisten-nya dia dalam berbicara. Hari
ini bilang gini, besok dan lusa sudah bicara lain. Oke…! Kita bisa pahami dia
sebagai manusia biasa, dosen juga manusia biasa. Tapi siapa kita?! Siapa mahasiswa
itu?! Apa mareka bukan manusia?! Tidak semua mahasiswa punya kapasitas yang
dalam kategori pintar atau sejenisnya. Makanya perlu bimbingan dari para
dosen-dosen yang terhormat dalam menyelesaikan tugas akhirnya. Jika
disalahgunakan kata bimbingan itu,,, yach… apa hendak dikata, Jari tengah buat
mareka yang berbuat demikian.
Permasalahan
yang paling sering dialami mahasiswa adalah susahnya berjumpa dengan dosen.
Kurang jelasnya maunya si dosen dan dosen yang membimbing kita tidak memahami
tujuan dari tulisan kita. Atau bisa jadi dosen memang tidak punya kompetensi
dalam membimbing mahasiswa. Anda sendiri sebagai mahasiswa yang mampu menilai
itu semua. Yang jelas, pembimbing itu tugasnya adalah membimbing dan megarahkan
mahasiswa. Bukan mempermainkan mahasiswa karena ketidakmampuannya dalam
membimbing. Jika memang tidak mampu, maka cepat katakan dari awal dan jika
tidak bisa di jumpai di kampus, maka diizinlan untuk jumpa di rumah atau di
tempat lainnya. Saling pengertianlah, jangan terlalu bangga jadi dosen. Hari
ini anda memang dosen di kampus dan hanya di kampus, di luar anda bukan
sapa-sapa. Dan siapa yang menjamin kedepannya anda tetap akan menjadi dosen.
Roda selalu berputarkan, jika bukan diakhiri sekarang roda yang tidak bagus
ini, kapan lagi?!
Kenapa
contohnya dosen?! Dan sepertinya cenderung memojokkan dosen?! Ini tidak fair
atau tidak adil dalam menilai. Tidak semua dosen seperti itu, aku saja tidak
seperti itu. (Mungkin ada yang bertanya seperti itu) Ya… karena yang paling
banyak buat ulah dan suka “mempermainkan” mahasiswa itu adalah dosen. Dan juga…
terlalu banyaknya masalah mahasiswa karena dosen pembimbingnya. (aku sendiri
mengalaminya, jadi sedikit mudah untuk di tuliskan, plus, perkataan kawan-kawan
yang sudah menjalani dan lagi menjalani bimbingan). Dan tentu saja tidak semua
dosen seperti itu, relative, tergantung juga sebetulnya, hanya beberapa oknum
dosen yang seperti itu. Tapi tetap saja keadaan seperti ini membuat resah
mahasiswa. Dan tertunda dalam mencapai gelar sarjananya. Sebaiknya permasalahan
ini jangan dibiarkan berlarut-larut. PEACE!!! J
***Dedicated
to my friends all around the world, who have the same problem***
Indonesia,
2 maret 2012
No comments:
Post a Comment