Sore yang mendung untuk
kegiatan yang diluar rencana. 3 desember menjadi tanggal kami dan kawan-kawan
untuk melewati malam mingguan di hutan lala. Bukan keputusan yang tepat
mengingat hujan baru saja menguyur kota mila. Ada apa gerangan? Pastinya sangat
mengiurkan dan menantang bagiku secara pribadi, yaitu camping. Ini yang pertama
kalinya aku camping kalo boleh dikatakan camping. Bukan karena tidak suka aku
sama camping, tapi berbagai rencana yang dulunya telah dirancang tidak pernah
datang sesuai dengan keinginan kami. Ada aja alasannya sampai tidak pernah lagi
kami berencana buat camping karena berbagai alasan yang tidak pernah jadi. Alangkah
lucunya. Namun ketika tidak terencana, malah terjadi dengan tiba-tiba.
Ada yang tahu lal itu
dimana? Akan terdengar aneh bagi mareka yang diluar daerah kabupaten pidie. Namun
terdengar familiar bagi mareka yang berada di dalamnya. Lala daerah yang berada
jauh dari keramaian kota. Belasan kilo jauhnya dari kota sigli, kira-kira
berada sebelah utara kota sigli. Jalanannya sekarang lumanyan bagus, lebih
bagus dari zaman penjajahan.
Dan pada malam itu, aku
dan kawan2 menghabiskan malam disana Cuma untuk menunggu durian jatuh. Jangan salah,
kami tidak hanya menunggu. Tentu saja berbagai kegiatan kami lakukan seperti
bakar jagung, buat peuluet (sejenis makanan khas aceh). Dan tentu saja dengan
dibumbuhi berbagai lelucon yang tidak pernah habis sampai pagi harinya. Plus,
suara versi binatang yang seolah-olah membentuk corr menyanyikan lagu alam. Kadang
terdengar mengerikan, kadang terdengar merdu. Irama malam minggu untuk mareka
yang lagi sendiri di malam kelabu. (mungkin aku termasuk yang lagi bersedih
sendu)
Di hutan, atau lebih tepatnya
di kebun salah satu kawan kami. Mulai terdengar suara durian yang jatuh di sana
sini. Kami terlihat senang karena yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Karena
penantian yang cukup lama di hiasi dengan penderitaan digigit nyamuk, lintah
dan pacat (sejenis dengan lintah). Cukup menderita sehingga kami harus membuat
api unggun yang lebih besar.
Durennya pun kami
belah. Dan coba tebak. Hmmm,,, nyammy... rasanya luar bisa manies. Sangat berbeda
dengan durian yang kita beli lansung di emperan jalan kota ketika durennya lagi
musim. Kami berebutan sampai tidak ada yang tersisa dari buah durian itu. Hahaha...
terlihat lucu setiap kali kami berebutan durian.
Ada kesenangan yang
tidak bisa di lukiskan. Aku secara pribadi bisa menghilangkan problema yang aku
hadapi selama beberapa bulan belakangan ini. Dan itu juga terlihat jelas dari
raut muka kawan2 ku malam itu. Kami mulai tidak memikirkan masalah selain
masalah durian yang tidak pernah jatuh pada beberapa jam pertama. Kami mulai
melupakan bahwa kami baru saja bertengkar dengan pacar bahkan aku pribadi tidak
ingat ada pacar. Hahaha.... parah, tapi itulah yang aku rasakan.
Malam minggun yang
indah. Tak sadar bintang pun ikut nimbrung di kegelapan malam. Membentuk pola-pola
yang indah, gambar yang mirip dengan seseoran gyng kita rindu. Membentuk gambar
kesukaan orang-orang yang aku cintai. Sangat indah, semua ciptaan Allah. Pada suatu
waktu di malam itu, salah satu kawan berkata “bintangnya banyak dan indah”. Akupun
mengiyakan perkataannya. Tak kusangka dia mengatakannya dalam tidur lelapnya
yang terlanjur bercengkrama dengan bintang.
Akan tetapi Bulan juga
tidak kalah menariknya. Dia bertengger disudut langit disebelah utara dengan
manisnya. Seolah tersenyum pada kami yang dengan asyiknya makan durian. Dengan sedikit
pesan “selamat menikmati malam yang indah”. Aku pun mengiyakan perkataannya dan
mengucapkan terimakasih untuk malam yang indah. Meskipun aku terlelap tidur
setelahnya.
No comments:
Post a Comment