Kamu mungkin bisa menunda waktu, tapi waktu tidak akan bisa menunggu...Waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.

Tuesday, December 6, 2011

Smalam Di Lala


Sore yang mendung untuk kegiatan yang diluar rencana. 3 desember menjadi tanggal kami dan kawan-kawan untuk melewati malam mingguan di hutan lala. Bukan keputusan yang tepat mengingat hujan baru saja menguyur kota mila. Ada apa gerangan? Pastinya sangat mengiurkan dan menantang bagiku secara pribadi, yaitu camping. Ini yang pertama kalinya aku camping kalo boleh dikatakan camping. Bukan karena tidak suka aku sama camping, tapi berbagai rencana yang dulunya telah dirancang tidak pernah datang sesuai dengan keinginan kami. Ada aja alasannya sampai tidak pernah lagi kami berencana buat camping karena berbagai alasan yang tidak pernah jadi. Alangkah lucunya. Namun ketika tidak terencana, malah terjadi dengan tiba-tiba.
Ada yang tahu lal itu dimana? Akan terdengar aneh bagi mareka yang diluar daerah kabupaten pidie. Namun terdengar familiar bagi mareka yang berada di dalamnya. Lala daerah yang berada jauh dari keramaian kota. Belasan kilo jauhnya dari kota sigli, kira-kira berada sebelah utara kota sigli. Jalanannya sekarang lumanyan bagus, lebih bagus dari zaman penjajahan.

Dan pada malam itu, aku dan kawan2 menghabiskan malam disana Cuma untuk menunggu durian jatuh. Jangan salah, kami tidak hanya menunggu. Tentu saja berbagai kegiatan kami lakukan seperti bakar jagung, buat peuluet (sejenis makanan khas aceh). Dan tentu saja dengan dibumbuhi berbagai lelucon yang tidak pernah habis sampai pagi harinya. Plus, suara versi binatang yang seolah-olah membentuk corr menyanyikan lagu alam. Kadang terdengar mengerikan, kadang terdengar merdu. Irama malam minggu untuk mareka yang lagi sendiri di malam kelabu. (mungkin aku termasuk yang lagi bersedih sendu)
Di hutan, atau lebih tepatnya di kebun salah satu kawan kami. Mulai terdengar suara durian yang jatuh di sana sini. Kami terlihat senang karena yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Karena penantian yang cukup lama di hiasi dengan penderitaan digigit nyamuk, lintah dan pacat (sejenis dengan lintah). Cukup menderita sehingga kami harus membuat api unggun yang lebih besar.
Durennya pun kami belah. Dan coba tebak. Hmmm,,, nyammy... rasanya luar bisa manies. Sangat berbeda dengan durian yang kita beli lansung di emperan jalan kota ketika durennya lagi musim. Kami berebutan sampai tidak ada yang tersisa dari buah durian itu. Hahaha... terlihat lucu setiap kali kami berebutan durian.
Ada kesenangan yang tidak bisa di lukiskan. Aku secara pribadi bisa menghilangkan problema yang aku hadapi selama beberapa bulan belakangan ini. Dan itu juga terlihat jelas dari raut muka kawan2 ku malam itu. Kami mulai tidak memikirkan masalah selain masalah durian yang tidak pernah jatuh pada beberapa jam pertama. Kami mulai melupakan bahwa kami baru saja bertengkar dengan pacar bahkan aku pribadi tidak ingat ada pacar. Hahaha.... parah, tapi itulah yang aku rasakan.
Malam minggun yang indah. Tak sadar bintang pun ikut nimbrung di kegelapan malam. Membentuk pola-pola yang indah, gambar yang mirip dengan seseoran gyng kita rindu. Membentuk gambar kesukaan orang-orang yang aku cintai. Sangat indah, semua ciptaan Allah. Pada suatu waktu di malam itu, salah satu kawan berkata “bintangnya banyak dan indah”. Akupun mengiyakan perkataannya. Tak kusangka dia mengatakannya dalam tidur lelapnya yang terlanjur bercengkrama dengan bintang.
Akan tetapi Bulan juga tidak kalah menariknya. Dia bertengger disudut langit disebelah utara dengan manisnya. Seolah tersenyum pada kami yang dengan asyiknya makan durian. Dengan sedikit pesan “selamat menikmati malam yang indah”. Aku pun mengiyakan perkataannya dan mengucapkan terimakasih untuk malam yang indah. Meskipun aku terlelap tidur setelahnya.

No comments:

Post a Comment