Kamu mungkin bisa menunda waktu, tapi waktu tidak akan bisa menunggu...Waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.

Wednesday, December 7, 2011

Orang Yang Putus Asa


Malam semakin larut dan aku tetap saja tidak bisa memejamkan mata yang telah lelah ini walau hanya untuk sesaat. Menghindarkan diri dari dunia yang penuh dengan masalah. Ntah apa yang ada dalam benakku. Sampai aku tidak bisa merasakan lagi nikmatnya terlelap dalam buaian malam. Akupun tak mampu menahan aliran darah yang terus mengucur deras di kepala, berbarengan dengan gelombang pikiran yang tidak karuan tentang kehidupan. Rasanya terlalu banyak problema yang kuhadapi. Rasanya aku sudah terlalu tua untuk menyelesaikan semua permasalahan ini. Aku berpikir untuk segera pensiun dari percaturan dunia yang tidak pernah ada akhirnya bagi kebaikan.
Rasanya aku terlalu lelah untuk memikirkan sesuatu yang tidak pernah ada. Yang bisa kulakukan hanya bermimpi tanpa bisa mewujudkannya. Mimpi hanya akan terus menjadi mimpi tanpa ada realisasi. Mimpi, hanya akan terus berada dibenak pikiran yang sempit ini jika tidak pernah kita keluarkan untuk menjadi sesuatu yang nyata yang benar-benar kita inginkan.
Mungkin saja aku merasa putus asa dengan segala permasalahan yang tidak pernah kunjung selesai. Bisa jadi, mengingat selama ini tidak ada satupun dari tujuan dan impianku terwujud. Sebenarnya, tidak ada kata putus asa pada kamus kehidupanku. Namun, keadaan terlalu mengodaku untuk selalu dan selalu menggunakan kata-kata yng tidak pernah ada ini.
Aku merasa jiwaku tidak bersamaku lagi. Dia menghilang seiring dengan perasan yang kalut yang berujung kepada rasa tidak percaya bahwa aku ini hidup. Bahwa aku ini punya tanggung jawab, punya kewajiban yang harus aku tunaikan kepada ALLAH sebagai khalifah dimuka bumi ini. Berbagai macam cara telah aku tempuh untuk mendapatkan jiwaku yang telah hilang terhapus realitas yang tidak pernah berpihak kepadaku. Mungkin menurutku yang  tidak berpihak kepadaku.

Apa mungkin karena aku tidak mampu melihat kebaikan yang ada padaku. Mungkin saja aku terlalu tua sehingga mataku buta dalam melihat semuanya kenyataan yang ada dan benar adanya pada diriku.
Ntahlah, aku merasa terlalu lelah untuk hidup. Bukannya aku tidak percaya akan semua kata-kata ALLAH SWT dalam kitab suciNYA. Seperti yang aku katakan tadi. Aku sudah tidak bisa membedakan mana yang mimpi dan mana yang realita. Mana sebetulnya hidupku yang sebenarnya. Semua terasa berlalu dengan sangat-sangat cepat. Kadang aku merasa hidup di dunia mimpi yang tidak akan pernah habis dan habis sampai kiamat datang. Setelah kiamat aku memulai hidup baru lagi. Apakah itu di syurga ataupun di neraka.
Jikapun aku di syurga, akan juga akan memulai hidupku yang baru. Dengan berbagai kegiatan yang tidak pernah terbayangkan di dunia. Apakah disana ada rutinitas yang sama dengan dunia? Atau kita hanya bersenang-senang disana? Apakah yang kita lalui disana juga merupakan mimpi? Kita tidak bisa melihat masa lalu dan masa depan. Kita akan tetap berjalan setiap detik dan hembusan nafas tanpa bisa berbalik dan melihat atau sekedar menikmati masalalu tanpa maksud memperbaikinya. Atau hanya sekedar menyatakan hai atau menyapa kepada masalalu supaya aku ingat akan semua kesalahan yang aku lakukan di masa itu. Aku rasa tidak, kita tetap hidup dengan alur jam. Yang berdetak detik perdetik. Menit permenit sehingga detakan itu berhenti tanpa kita tahu waktunya dimana dan kapan.
Ataupun aku dineraka, apakah aku hanya akan menemui penyiksaan demi penyiksaan? Ataupun aku hanya akan merasakan kepedihan yang tiada tara sehingga aku tidak pernah bisa melupakannya hingga akhir dari pada hari kiamat? Terserah.
Aku tidak melihat perbedaan dari itu semua. Dari akhir dunia kita yang fana. Dari akhir dunia kita yang kekal selain rutinitas yang sama baik didunia maupun diakhirat. Suasana dan keadaan saja yang berbeda. Aku hanya mengutarakan pemikiran ku. Tidak bermaksud untuk melakukan sesuatu yang menyimpang dari ajaran alqur’an dan hadist. Aku bisa katakan dan bisa merasakan keputus asaan yang sangat mendalam pada hari ini.
Mungkin aku butuh seseorang untuk menceritakan sesuatu yang aku alami. Atau sekedar berbagi apa yang sedang aku rasakan. Mungkin aku perlu tempat yang lebih dari segala untuk menceritakan penderitaan dan keputusasaanku dalam menghadapi kehidupan ini. Rasanya terlalu berliku jalan yang aku hadapi hingga sampai pada jurang kebinasaan yang sangat membahayakan. Yaitu keputus asaan.
Padahal aku sadar ALLAH pernah berkata kepada manusia bahwa kita dilarang berputus asa dari rahmat ALLAH. Namun apa yang aku lakukan?! Rasanya lebih mudah untuk menyampaikan hal ini kepada orang lain ketimbang harus mempraktekkannya pada diri sendiri. Sangat sulit dan super sulit. Lebih mudah berkata akan tetapi sangat sulit untuk berkomit melakukan apa yang kita katakan.
“hal yang paling sulit didunia ini adalah kita mengatakan semua hal, namun kita tidak berani istiqamah atau berkomitmet pada semua perkataan kita”. Ketika anda mengatakan anda beriman, apakah anda sanggup untuk melakukan apa yang anda katakan itu? Hanya anda yang bisa menjawabnya.






Beureunuen, 6 Desember 2011.

No comments:

Post a Comment