Kamu mungkin bisa menunda waktu, tapi waktu tidak akan bisa menunggu...Waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.

Friday, December 9, 2011

Cinta dan perkawinan


Alkisah, plato muda sedang berjalan-jalan dengan gurunya. Dalam perjalann tersebut plato bertanya pada gurunya.
“Guru, apa itu cinta?”
Sang guru berdiam sejenak dan memandang lekat kepada plato. “datanglah kamu ke kebun bunga, kemudian petiklah salah satu bunga yang paling cantik menurut kamu.”
“Akan tetapi ada satu syarat.”
“Apa itu guru?”
“kamu harus berjalan lurus tanpa boleh berbalik dan kembali.”
Plato pun ke kebun bunga dan mencari bunga yang menurutnya paling indah dan menarik di pandang mata. Namun apa yang terjadi. Plato tidak memetik bunga satupun, dan kembali kepada gurunya dengan tangan kosong.
“Mana bunga yang kamu petik?” tanya gurunya.
“Saya tidak memetik satu bungapun, karena saya menyangka bakalan ada yang lebih menarik lagi didepan. Ternyata tidak ada sehingga saya tidak memetik satupun dari bunga yang ada dikebun.”
“hmmm....., itulah cinta”.
“Apa makna dari itu semua guru?” tanya plato dengan rasa penasaran akan perkataan gurunya.
“kamu berjalan dikebun, itu perumpamaan dunia yang kamu tapaki”
“sekian banyak bunga merupakan perumpamaan banyaknya wanita yang sangat menarik dan indah, baik dari jumlah maupun kecantikan dan keunikan mareka.”

“jalan yang kamu tapaki selama berada dikebun, merupakan jalan kehidupan yang kamu lalui selama kamu hidup.”
“sedangkan syarat yang aku berikan, itu merupakan perputaran waktu, setiap detik yang kamu lalui tanpa kamu bisa mengembalikannya kemasa dimana kamu sangat menginginkannya.”
“Aku tahu kamu pasti mencari yang paling menarik diantara bunga-bunga itu sehingga kamu tidak membawa pulang sebatang bungapun. Sadarilah, semua dari bunga itu mempunyai kelebihan dan keunikan mareka masing-masing. Lihat saja keunikan dan keindahan antara bunga mawar dan melati.”
“Itulah cinta...”
Plato merasa menyesal dan merasa dia tidak akan memiliki cinta seperti yang digambarkan gurunya. Pada hari berikutnya, plato kembali bertanya kepada gurunya.
“guru, apa itu perkawinan?”
“kamu pergilah ke hutan dan potonglah sebatang pohon yang menurut kamu indah dan kokoh untuk di buat menjadi suatu bangunan.”
Platopun melaksanakan apa yang diperintahkan oleh gurunya. Namun kali ini dia pulang dengan membawa hasil. Sebatang pohon yang sangat besar, kekar dan kuat. Dengan susah payah plato membawa pulang Sebatang pohon yang sangat besar, kekar dan kuat untuk diperlihat kepada gurunya.
Gurunyapun berkata, “itulah perkawinan...”
“Apa makna dari itu semua?” plato kembali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan gurunya.
 “ketika kamu memutuskan untuk memotong pohon yang engkau anggap indah, kekar dan kokoh itu masa dimana kamu memutuskan untuk hidup dan menetap dengan orang yang kamu cintai. Orang yang wajahnya akan selalu menghiasi setiap detik kehidupanmu. Orang yang dengan pola dan tingkah laku yang sama yang akan selalu mendampingi kamu. Baik kamu dalam keadaan susah maupun dalam keadaan senang. Masa dimana kamu menguatkan diri untuk mengambil keputusan yang tidak kamu sesali kemudiannya. Tentu saja keputusan yang kamu ambil itu dengan melihat berbagai pertimbangan.”
“susahnya kamu membawa pulang pohon itu merupakan bentuk perumpamaan bahwa kamu akan mengalami banyak cobaan dalam menetapkan niatmu bahwa tidak salah pilihan yang kamu ambil. Kedepannya, akan banyak cobaan, halangan dan rintangan yang akan menguji kekokohan niat kamu.”
“kamu berhasil membawa pohon itu sampai kepada tujuannya merupakan perumpamaan bahwa kamu mampu menjalani semua tantangan kehidupan yang menerpa biduk pernikahan kamu, sampai kamu telah tiada.”
Plato mengangguk dengan perasaan puas karena kali ini dia telah berhasil melakukan apa yang dikatakan gurunya.
Bagaimana dengan kamu? Apa yang kamu pahami dengan dua kata ini, cinta dan perkawinan? Tentu saja kalian punya definisi masing-masing terhadap dua kata tersebut. Tapi yakinlah, NO BODY’S PERFECT. Semua orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kamu menerimanya atau tidak.


Banda aceh, 9 Desember 2011.

No comments:

Post a Comment