“untuk menjadi orang sukses pada masa
sekarang ini, kita harus biugam dan bakai.” Spontan aku merasa tidak percaya
dengan perkataan seniorku. Dari raut mukanya dia terlihat serius dengan
perkataannya.
“Iya benar...” dia mencoba menyakinkan.
“Tidak perlu merasa malu untuk meminta
tolong sama orang lain. Kitakan tidak minta uang sama orang, Cuma minta
kerjaan. Jangan malu, beu bugam bacuet.
Bakai pih beuna bacuet. Rasa malu itu
perlu, tapi kita letakkan pada tempatnya.”
Liat aja para pejabat yang mau jadi
anggota legeslatif. Mareka tidak malu mendekati kita sebagai masyarakat yang biasa
dalam strata kehidupan negara yang
miskin demokrasi, hanya untuk meminta kita agar memilih mareka. Mareka tulis
berbagai slogan yang belum tentu benar adanya jika kita melihat realitanya.
Tapi apa mareka malu?! Tidak, tetap aja mareka menyarankan. Pilihlah saya!!!,
saya orangnya amanah, saya orangnya jujur, saya orang yang bertanggung jawab.
Dan berbagai macam slogan lainnya.
Padahal belum tentu yang menyuruh kita
untuk memilih dia baik sama istrinya, adil sama keluarganya. Jujur sama ibu dan
bapaknya. Dipercaya oleh masyarakat. Itu karena mareka bugam dan bakai. Minyeu jet tatamah bacuet tet nah, chit
batat droe awak nyan.
Apalagi kita, yang hanya orang
pengangguran. Orang yang lagi berusaha mencari kerja. Tidak perlu malu untuk
mencari kerja sama kawan atau siapapun yang kita kenal. Jangan malu dibilang
pengemis. Kita juga tidak bermaksud demikian. Kita hanya membutuhkan pekerjaan
untuk kelansungan hidup kita. Kita lagi berusaha dengan segala kemampuan kita.
Hal yang paling mendasar yang harus kamu
ingat adalah kita, hidup didunia ini harus saling tolong menolong. Banyak
sekarang orang yang mempunyai jabatan tertentu, apakah dia kepala dinas. Apakah
dia sebagai direktur di sebuah perusahaan, saya yakin mareka semua juga pernah
minta pertolongan sama orang lain. Cuma kita aja yang tidak tau.
Maka dari itu saya katakan, kita tidak
perlu malu. Buang jauh2 itu semua. Itu hanya bagi mareka yang tidak mau
hidupnya sukses. Kita tidak mencuri, kita tidak merampok, kita tidak melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan agama. Itu maksud saya meletakkan malu pada
tempatnya.
Akhirnya, malam yang panjang. Tapi
setidaknya aku mendapatkan motivasi untuk tetap bertahan dalam keadaan apapun.
Kita manusia punya kelebihan yang jauh di atas makhluk lainnya. Kita punya otak
untuk berpikir. Kita punya kemampuan untuk bisa bertahan dalam kondisi apapun atau
bahasa lainnya adalah kemampuan untuk beradaptasi. Kekurangan kita adalah kita kurang sedikit dalam berusaha. Karena
berbagai faktor dan alasan, malu misalnya.
Kita harus sedikit bugam dan bakai. Jikalau boleh
jujur, aku tidak mengerti makna dari kata bugam
dan bakai yang dimaksud oleh seniorku.
Baru tau keesokan harinya dengan referensi yang jauh dari kata tua yaitu misyiek (nenek jika diartikan ke bahasa
ibu negara). Beliau katakan bugam itu
tidak runcing. Tidak juga rata, identik dengan tumpul, tapi buka tumpul. Tumpul
itu dia bentuknya runcing tapi tidak tajam. Tapi bugam, bentuknya tidak runcing dan tentu saja tidak tajam. Dengan
kata lain, kita tidak boleh menyakiti orang lain saya pahami. (saya masih ragu
dengan yang saya pahami, karena udah sok modern dan sok gak bisa bahasa daerah
sendiri mungkin).
Sedangkan bakai, saya kurang punya kata yang bisa memberikan pengertian
tentang bakai ini kedalam bahasa
indonesia. Dia sejenis sifat yang terlihat seperti orang bodoh, akan tetapi
tidak bodoh. Atau bisa dikatakan orang yang tingkah lakunya itu sedikit seperti
tidak pernah belajar.
Setelah dipikir-pikir, mempertimbangkan
dan memutuskan, ada benarnya juga. Kita harus berani dan sedikit konyol.
Mungkin bakai itu bisa diartikan
dengan kata konyol. Berani dan konyol dalam hidup ini. Dengan tujuan untuk
mendapatkan kesuksesan.
Saya yakin semua orang akan mengatakan
bahwa hal yang paling sulit adalah ketika mengangkat kaki pada langkah yang
pertama. Perlu kita sadari bahwa, perjalanan yang ribuan mil jauhnya itu
berawal dari satu langkah pertama. Dan pada langkah pertama itu diperlukan
segala bentuk kesiapan mental. Siap dalam menghadapi resiko yang akan
menghadang didepan.
Untuk itu, kita harus sedikit bugam dan bakai dalam menjalani kehidupan ini. Dengan tidak menyalahi norma
dan agama yang telah berlaku didalam masyarakat. Bagaimana dengan anda?
Sigli, 12 desember 2012.
No comments:
Post a Comment