Kamu mungkin bisa menunda waktu, tapi waktu tidak akan bisa menunggu...Waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.

Tuesday, December 13, 2011

Bugam dan Bakai


“untuk menjadi orang sukses pada masa sekarang ini, kita harus biugam dan bakai.” Spontan aku merasa tidak percaya dengan perkataan seniorku. Dari raut mukanya dia terlihat serius dengan perkataannya.
“Iya benar...” dia mencoba menyakinkan.
“Tidak perlu merasa malu untuk meminta tolong sama orang lain. Kitakan tidak minta uang sama orang, Cuma minta kerjaan. Jangan malu, beu bugam bacuet. Bakai pih beuna bacuet. Rasa malu itu perlu, tapi kita letakkan pada tempatnya.”
Liat aja para pejabat yang mau jadi anggota legeslatif. Mareka tidak malu mendekati kita sebagai masyarakat yang biasa  dalam strata kehidupan negara yang miskin demokrasi, hanya untuk meminta kita agar memilih mareka. Mareka tulis berbagai slogan yang belum tentu benar adanya jika kita melihat realitanya. Tapi apa mareka malu?! Tidak, tetap aja mareka menyarankan. Pilihlah saya!!!, saya orangnya amanah, saya orangnya jujur, saya orang yang bertanggung jawab. Dan berbagai macam slogan lainnya.
Padahal belum tentu yang menyuruh kita untuk memilih dia baik sama istrinya, adil sama keluarganya. Jujur sama ibu dan bapaknya. Dipercaya oleh masyarakat. Itu karena mareka bugam dan bakai. Minyeu jet tatamah bacuet tet nah, chit batat droe awak nyan.

Apalagi kita, yang hanya orang pengangguran. Orang yang lagi berusaha mencari kerja. Tidak perlu malu untuk mencari kerja sama kawan atau siapapun yang kita kenal. Jangan malu dibilang pengemis. Kita juga tidak bermaksud demikian. Kita hanya membutuhkan pekerjaan untuk kelansungan hidup kita. Kita lagi berusaha dengan segala kemampuan kita.
Hal yang paling mendasar yang harus kamu ingat adalah kita, hidup didunia ini harus saling tolong menolong. Banyak sekarang orang yang mempunyai jabatan tertentu, apakah dia kepala dinas. Apakah dia sebagai direktur di sebuah perusahaan, saya yakin mareka semua juga pernah minta pertolongan sama orang lain. Cuma kita aja yang tidak tau.
Maka dari itu saya katakan, kita tidak perlu malu. Buang jauh2 itu semua. Itu hanya bagi mareka yang tidak mau hidupnya sukses. Kita tidak mencuri, kita tidak merampok, kita tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama. Itu maksud saya meletakkan malu pada tempatnya.
Akhirnya, malam yang panjang. Tapi setidaknya aku mendapatkan motivasi untuk tetap bertahan dalam keadaan apapun. Kita manusia punya kelebihan yang jauh di atas makhluk lainnya. Kita punya otak untuk berpikir. Kita punya kemampuan untuk bisa bertahan dalam kondisi apapun atau bahasa lainnya adalah kemampuan untuk beradaptasi. Kekurangan kita adalah kita kurang sedikit dalam berusaha. Karena berbagai faktor dan alasan, malu misalnya.
Kita harus sedikit bugam dan bakai. Jikalau boleh jujur, aku tidak mengerti makna dari kata bugam dan bakai yang dimaksud oleh seniorku. Baru tau keesokan harinya dengan referensi yang jauh dari kata tua yaitu misyiek (nenek jika diartikan ke bahasa ibu negara). Beliau katakan bugam itu tidak runcing. Tidak juga rata, identik dengan tumpul, tapi buka tumpul. Tumpul itu dia bentuknya runcing tapi tidak tajam. Tapi bugam, bentuknya tidak runcing dan tentu saja tidak tajam. Dengan kata lain, kita tidak boleh menyakiti orang lain saya pahami. (saya masih ragu dengan yang saya pahami, karena udah sok modern dan sok gak bisa bahasa daerah sendiri mungkin).
Sedangkan bakai, saya kurang punya kata yang bisa memberikan pengertian tentang bakai ini kedalam bahasa indonesia. Dia sejenis sifat yang terlihat seperti orang bodoh, akan tetapi tidak bodoh. Atau bisa dikatakan orang yang tingkah lakunya itu sedikit seperti tidak pernah belajar.
Setelah dipikir-pikir, mempertimbangkan dan memutuskan, ada benarnya juga. Kita harus berani dan sedikit konyol. Mungkin bakai itu bisa diartikan dengan kata konyol. Berani dan konyol dalam hidup ini. Dengan tujuan untuk mendapatkan kesuksesan.
Saya yakin semua orang akan mengatakan bahwa hal yang paling sulit adalah ketika mengangkat kaki pada langkah yang pertama. Perlu kita sadari bahwa, perjalanan yang ribuan mil jauhnya itu berawal dari satu langkah pertama. Dan pada langkah pertama itu diperlukan segala bentuk kesiapan mental. Siap dalam menghadapi resiko yang akan menghadang didepan.
Untuk itu, kita harus sedikit bugam dan bakai dalam menjalani kehidupan ini. Dengan tidak menyalahi norma dan agama yang telah berlaku didalam masyarakat. Bagaimana dengan anda?


Sigli, 12 desember 2012.

No comments:

Post a Comment