1.
Hakikat
Bimbingan
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidance (bahasa inggris), yang artinya “mengarahkan atau
memandukan”.[1] Sedangkan
makna atau batasan dari istilah bimbingan masih terhadap perbedaan antara para
ahli. Mereka umumnya memberikan batasan mengenai bimbingan “sesuai dengan latar
belakang profesinya, kultur serta pandangan dan falsafah hidupnya masing-masing”.[2]
Bimbingan biasanya diartikan sebagai penyuluhan, bimbingan ternyata
tidak hanya dikenal dalam bidang pendidikan, tetapi sering juga dipakai dalam
bidang-bidang lain, seperti bidang pertanian, bidang hukum, bidang kesehatan
dan lain sebagainya. Dalam bidang-bidang tersebut istilah bimbingan disamakan
dan disejajarkan artinya dengan istilah penyuluhan, yakni suatu usaha
memberikan bantuan, baik bantuan yang berupa benda-benda nasehat atau petunjuk
informasi.
Untuk memahami makna bimbingan beberapa ahli berpendapat sebagai
berikut:
Menurut DR. Racman Natawidjaja yang dikutip oleh Hallen menyatakan:
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga ia dapat mengarahkan diri nya dan dapat bertindak
secara wajar, sesuai tuntunan dan keadaan lingkungan keluarga dan masyarakat.
Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya.[3]
Pendapat lain dikemukakan Arthur Janes yang dikutip
oleh Elfi Mu’awanah, Athur mendefinesikan bimbingan sebagai berikut :
Bimbingan merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh
seseorang kepada orang lain dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian dalam
membuat pemecahan masalah. Tujuan bimbingan adalah membantu menumbuhkan
kebebasan serta kemampuanya agar menjadi individu yang bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri.[4]
Selain itu Bimo Waigito memberikan batasan mengenai
bimbingan adalah “bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau
kelompok individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan didalam
kehidupanya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya”.[5]
Dari beberapa batasan yang dikemikakan di atas,
menunjukkan bahwa para ahli masih belum memiliki pandangan yang sama terhadap
istilah bimbingan, sekalipun mereka tetap memberikan pengertian dasar yang
sama, yakni bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan
kepada individu.
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa bimbingan
merupakan suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu agar
dapat mengendali dirinya dan mengembangkan potensi yang dimiliki dalam
menjalankan kehidupannya, serta mampu memecahkan sendiri kesulitan yang
dihadapi serta dapat memahami lingkungan secara tepat, dan akhirnya dapat
memperoleh kebahagian hidup.
2.
Tujuan
Bimbingan
Selain tujuan bimbingan yang dikemukakan oleh Athur di
atas bimbingan juga bertujuan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan
menyebangkan serta mampu mengambil keputusan tentang masa depannya.
Dalam buku Bimbingan dan Konseling Hallen merumuskan
tujuan bimbingan agar peserta didik
dapat menemukan dirinya. Dan mampu merencanakan masa depanya. Dalam hal ini
bimbingan berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar bisa
berkembang secara optimal menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. [6]
Tujuan lain dirumuskan oleh Athur jones yang dikutip
oleh Elfi Muawanah, Athur merumuskan tujuan bimbingan sebagai berikut :
Bimbingan bertujuan untuk membentuk individu agar
dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, selain itu membantu individu agar dapat mengembangkan potensinya
secara optimal dengan sebaik-baiknya sendiri, menerima dirinya, mengarahkan
dirinya dan mewujudkan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. [7]
Selain rumusan tujuan diatas, Syamsu yusuf juga menyebutkan tujuan
bimbingan sebagai berikut :
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan
karir serta kehidupan dimasa yang akan datang.
b. Mengembangkan
seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerja.
d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
studi, dalam lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.[8]
Untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut, pendidik harus mendapatkan kesempatan untuk :
a. Mengenal dan memahami potensi kekuatan, dan
tugas-tugas perkembangannya.
b. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada
dilingkungan sekitarnya.
c. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya
serta rencana pencapaian tujuan tersebut.
d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesuliatan sendiri
e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,
lembaga tempat bekerja, dan masyarakat.
f. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari
lingkungannya.
g. Mengembangkan segala potensi dan kekuatanya secara
tepat dan teratur dengan optimal.[9]
3. Funsi Bimbingan.
Bimbingan selain mempunyai tujuan
juga mempunyai fungsi, yusuf juga menyebutkan beberapa fungsi bimbingansebagai
berikut :
a. Pemahaman, yaitu membantu anak agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya dan lingkungannya. Pemahaman ini diharapkan agar individu
mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan mampu menyesuaikan
dengan lingkungan.
b. Preventif, yaitu usaha konselor untuk senantiaasa
mengantisifasi berbagai masalah yang terjadi dan upaya untuk mencegahnya,
supaya tidak peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan
kepada peserta didik tentang cara menghindarkan diri pembuatan atau kegiatan
yang membahayakan dirinya.
c. Pengembangan, yaitu konselor berupaya untuk
menciptakan lingkunan yang kondusif.
d. Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan yang berkaitan
dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami masalah,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, agama, maupun karir.
e. Adaptasi, yaitu membantu para pelaksana pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu.
f. Penyesuaian,
yaitu membantu individu agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan
kontruktif terhadap program pendidikan, dan norma agama.[10]
Dari beberapa pendapat di atas penulis merumuskan
tujuan bimbingan. Bimbingan bertujuan untuk mengarahkan individu dalam mencari
jati dirinya, serta membantu individu dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
agar bisa berkembang secara optimal dalam memperoleh kebahagiaan dalam
kehidupan. Dengan kata lain bimbingan bertujuan untuk membantu individu dalam
mengatasi hambatan dan kesulitan yang nantinya akan dihadapi dalam menjalani
kehidupan agar individu bisa berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.
[4]
Elfi Mu’awanah, Bimbingan…, hal. 53.
[8] Syamsu
Yusuf, Landasan Bimbingan dan…, hal. 13.
No comments:
Post a Comment