Kamu mungkin bisa menunda waktu, tapi waktu tidak akan bisa menunggu...Waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.

Saturday, February 26, 2011

Rezim Yang Berganti

Aceh mempunyai catatan sejarah yang unik dibandingkan dengan daerah yang lain. Selain sebagai daerah yang tidak pernah berhasil dijajah oleh belanda juga merupakan daerah yang dikenal dengan berbagai macam pemberontakan. Mulai dari pemberontakan DI TII sampai dengan GAM. Berbagai alasan dilontarkan untuk membangkitkan semangat pemberontakan di dalam masyarakat. Mulai dari alasan agama sampai dengan alasan politis. Misalnya dengan mengatakan bahwa bangsa aceh telah dijajah oleh bangsa Indonesia, ini terlihat dengan adanya ketidakadilan dalam bentuk pembangunan antara masyarakat daerah Aceh dengan masyarakat kota atau mareka identikkan dengan bangsa Jawa. Dengan adanya penjajahan tersebut maka kita wajib berperang karena kita telah dianiaya, dan ini merupakan alasan yang sudah memasuki ranah agama.

Dilihat dari segi budaya, masyarakat aceh merupakan masyarakat yang sangat taat agama. Saya mampu menjamin perkataan ini dengan batasan waktu yaitu pada tahun 1980an ke bawah. Sehingga masyarakat mendukung perjuangan sebagian rakyat Aceh yang lain untuk mencari kemerdekaan yang diidamkan. Terjadilah berbagai pemberontakan atau perjuangan yang di dukung oleh masyarakat.
Namun disini, kita tidak mempersoalkan kenapa adanya pemberontakan dan bagaimana sejarahnya walaupun persoalan ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi kita hanya mencoba membuat permasalahan tersebut dalam beberapa bagian dan sekarang kita hanya melihat siapa sebenarnya yang paling terjajah dalam artian yang paling menderita pada masa-masa yang katanya perjuangan tersebut?
Jelas terlihat, yang paling menderita dari setiap bentuk perjuangan yang dulu diidam-idamkan adalah masyarakat. Masyarakat yang dari dulu tidak pernah bisa mengecap kedamaian. Setelah adanya jeda dalam setiap peperangan maka timbulnya permasalahan baru sehingga tidak pernah ada kata damai pada masa itu. Hal ini mengakibatkan rusak dan hilangnya kebudayaan dan perekonomian Aceh secara massal.
Hilangnya kebudayaan menyebabkan hilangnya identitas bangsa. Rusaknya perekonomian menyebabkan timbulnya berbagai macam tindakan kriminal yang mengancam keutuhan bangsa. Ini merupakan hasil konflik yang berkepanjangan di Aceh. Hasil dari perjuangan yang dulu elu-elukan. Dan sekarang, Kemerdekaan yang dari dulu diidam-idamkan tidak pernah terwujud. Jihad yang dulu bergaung untuk menyelamatkan agama ALLAH tidak pernah terealisasi secara utuh. Kedamaian yang dari dulu di cita-citakan juga tidak pernah terwujud dalam artian yang sebenarnya.
Yang terjadi malah diluar dari tujuan untuk apa mareka berjuang. Yang terjadi adalah bentuk penjajahan dengan system telah diperbaharui. Metode penjajahan yang lebih modern daripada yang telah dipraktekkan oleh belanda dan oleh yang katanya bangsa Jawa. Jika saya boleh menilai, lebih bagus bentuk penjajahan yang dilakukan oleh Beland dari pada bentuk pemerintahan yang sekarang. Setidaknya kita tidak perlu mengeluarkan biaya sampai ratusan ribu hanya untuk secarik kertas, ini kata kakek saya. Sangat jauh jika dibandingkan dengan sekarang, hanya untuk selembar surat keterangan saja kita harus merogoh dalam kucek kita. Anda bayangkan saja apakah kita secara keseluruhan (bukan Bangsa Aceh saja) telah mardeka atau tidak pernah mardeka. Ini sebenarnya merupakan persoalan lain, namun akan lebih bagus jika kita hanya mencoleknya sedikit saja tanpa harus membahasnya terlalu dalam.
Bentuk pejajahan yang sedang terjadi di aceh sekarang ini adalah system jeruk makan jeruk. Aneh memang, tapi itulah realitanya. Bangsa Aceh menjajah bangsa aceh yang lain, tentunya dengan bentuk penjajahan yang telah dimodifikasi. Bentuk penjajahan yang telah disesuaikan dengan keinginan sekelompok orang. Dalam hal ini, sebenarnya masyarakat telah dibodohi dengan berbagai janji. Masyarakat Aceh telah ditipu dalam bahasa acehnya dikenal dengan perkataan “udeep-udeep di pegeut”. Dalam hal ini kita harus mengakui bahwa bangsa yang paling bodoh adalah Aceh.
Para eks combatan GAM yang dulunya berjuang untuk Aceh sekarang malah berbalik menjajah bangsanya sendiri. Hanya golongan “tertentu” atau dengan kata yang lain hanya makhluk dengan species yang berbeda yang mau dan tega menjajah bangsa atau kaumnya sendiri. Ini terlihat jelas dari berbagai hal dan segi kehidupan yang tidak mampu saya ungkapkan di tulisan ini. Sudah menjadi rahasia umum dikalangan masyarakat, namun masyarakat terkesan menutup mata. Seolah-olah masyarakat membiarkan apa yang mareka lakukan terhadap rakyatnya. Kembali timbul pertanyaan saya, siapa sebenarnya yang memimpin? Rakyatkah atau partai yang mengatasnamakan rakyat? Dimana letak demokrasi jika itu yang terjadi? Hal ini juga tidak perlu kita bahas di sini.
Mereka para militant yang dulunya ingin mengusir penjajah dan sekarang menjadikan dirinya sebagai penjajah baru di tanah Aceh tercinta ini. Tak ayal lagi, semua ini bertolak belakang dengan apa yang mareka janjikan kepada masyarakat. Walaupun bumi kita tidak merasakan bagaimana angkernya  aksi terror yang menggema di seluruh pelosok desa tapi, tak sedikit dari masyarakat kita yang masih menderita layaknya masa perjuangan dulu, lihatlah di barak-barak yang dibangun oleh BRR dulu, berapa banyak dari mereka masih belum bisa hidup layak, dan berapa banyak masyarakat yang tidak mampu membangun kembali rumah mareka. Ngurus bantuan rumah, ngurus bantuan uang atau dana bantuan konflik dan lain-lain bagi korban konflik harus ada upeti. Mardeka dari pane… pegah manteng… ka mangat pruet droe ka nye mandumyang paih ta seupet bak aspal…!!! jangan berbicara idealisme ketika perut sedang lapar.
Note: hanya coretan biasa dari kacamata yang biasa. 

No comments:

Post a Comment