“Kamu adalah apa yang
kamu pikirkan”
Itu kata orang-orang
sukses. Iya, ataupun tidak. Aku rasa kalian semua punya pilihan. Tapi aku lebih
memilih percaya akan perkataan itu. Bagaimana tidak, setiap kali kita mengatakan
pada diri kita bahwa kita adalah pecundang,
maka kita akan tetap merasakan bahwa diri kita itu pecundang. Jadilah kita
pecundang untuk selamanya.
Ada dua rumus yang
berlaku dan terdapat di dalam diri kita sebagai manusia. Rumus logika dan rumus
spontanitas atau alam bawah sadar yang timbul dan bergerak ketika kita tidak
mempu lagi menggunakan logika atau alam sadar kita.
Dari situ, kita dapat
melihat bahwa setiap perkataan adalah doa. Dan itu benar, setiap perkataan kita
adalah doa buat diri kita. Setiap perkataan kita adalah perintah yang tersimpan
di alam bawah sadar kita. Setiap perkataan kita adalah manifestasi dari
pemikiran kita terhadap diri kita. Masih belum nyambung?!
Jadi gini, rumusan
dasarnya adalah kita adalah apa yang kita pikirkan. Misalkan saja kita berpikir
bahwa kita ini adalah manusia yang tidak bisa bermain bola, atau katakanlah
kita tidak bisa matematika, ataupun kita tidak mampu dalam hal biologi. Maka pemikiran
kita itu telah membatasi ruang gerak kita. Telah membatasi alam bawah sadar
kita. Telah terukir dengan rapi di alam bawah sadar kita bahwa kita tidak bisa,
tidak bisa dan tidak bisa. Maka jadilah kita tidak bisa.
Kemudian, rumusan yang
kedua adalah alam bawah sadar kita itu lebih dominan dalam bermain pada diri
kita dari pada logika kita atau alam sadar kita. Kenapa demikian, karena dalam
kehidupan sehari-haripun kita berbuat demikian. Pernah berpikir bagaimana kita
berjalan. Oh aku kalo berjalan tuh harus gini, jangan liat kiri kanan, liat
kedepan aja. Kita sudah berjalan tanpa berpikir. Yang kita pikirkan Cuma tujuan
kita, kita mau kemana, oh kesitu, kita pergi aja kesitu. Sampe mikir gak kita
meski jalan gimana kalo mau kesitu, atau apalah. Tidak kan?! Kita tidak juga pernah
berpikir bagaimana kita makan dan menguyah makanan ketika kita berbicara dan sambil
melakukan aktifitas lain segala macam. Tapi aktivitas berjalan, aktivitas makan
tetap berjalan tanpa perlu kita
fikirkan.
Ah... itukan karena
kita terbiasa melakukannya. Jadi gak perlu mikir gimana harus berjalan, dari
kecil juga kita udah jalan. Dari kecil kita juga udah makan, masak sgede ini
masih mikir juga buat hal-hal yang demikian. Nah, itu tahu karena kebiasaan.
Maka dari itu, karena kebiasaan kita bilang tidak bisa, tidak bisa dan tidak
bisa, jadilah kita tidak bisa. Coba kalo bilangnya bisa, bisa dan bisa. Kita
pasti bisa. Kenapa tidak tidak?! Ya kan?!
Toh dari kecil kita
juga belajar buat jalan. Toh dari kecil kita juga belajar buat makan. Toh dari
kecil kita juga belajar buat berbicara. Artinya apa? Segala sesuatu yang kita
biasakan, itu akan terpatri di dalam diri kita sehingga kita akan menjadi apa
yang telah kita biasakan. Sehingga kita tidak harus berfikir untuk itu,
spontanitas yang bekerja, alam bawah sadar kita yang bekerja.
Jadi, Jika kita
membiasakan diri dengan hal-hal yang positif, maka hasilnya tentu saja positif.
Iya kan?! Nah, sebaliknya. Jika kita selalu berfikir negatif, tentu saja
hasilnya negatif. Pengen dapat buah yang bagus, seharusnya kita memupuk dia,
menjaga dan merawat dia, dengan hal-hal yang bagus. Ini nggak, maunya buah
bagus, tapi tak pernah di pupuk, tak pernah dirawat, tak pernah dijaga. Ya gak
dapat hasilnya.
Artinya apa, untuk
mendapatkan hasil yang bagus tidak cukup hanya dengan pemikiran. Seperti
misalnya kita pasti bisa matematika, kita pasti bisa biologi, kita pasti bisa
bermain bola. Itu bagus pemikiran yang positif. Teus kita pupuk, terus kita
tanamkan di dalam diri kita bahwa kita bisa itu semua. Tapi percuma jugakan
jika kita tidak membiasakan diri untuk bisa matematika, membiasakan diri untuk
bisa bilogi, membiasakan diri untuk bisa bermain bola. Maka itu semua harus
dibarengi juga dengan pembiasaan dan harus dibarengi juga dengan komitmen kita
terhadap sesuatu yang kita pikirkan.
Kenapa demikian, kita
tidak idup sendiri. Ada aja godaan yang datang ketika kita membiasakan diri
untuk hal-hal yang bagus, yang positif. Seperti godaan yang datang dari kawan,
ngajak kita main ketika kita lagi serius belajar matematika atau biologi
ataupun bola. Ngajak ngopi kita ketika kita lagi serius dengan hal-hal yang
bagus buat kita. Lingkungan itu berpengaruh besar bagi kita. Namun pengaruh
yang paling besar itu datang dari diri kita sendiri. Bukan dari orang lain.
maka perlu adanya komitmen kita dalam hal ini.
So, tanamkan bahwa kita
bisa maka kita bisa. Ucapkan pada diri kita bahwa kita bisa, Yakinkan diri kita
bahwa kita bisa dan berbuatlah sesuai dengan apa yang kita yakinkan. Dan kita
harus komit dengan itu semua. Terlalu sulit pada langkah yang pertama. Semua
kita juga begitu kan?! Tapi ingatlah, dulu kita berlajar untuk merangkak,
lambat laun kita bisa berjalan dan kemudian kita bisa berlari. Dan ingat lagi,
jarak yang di tempuh dengan ribuan milpun, itu berawal dari satu langkah
pertama. Nah sekarang, apa pilihan mu?
Banda Aceh, 20 Desember 2011.
Setuju, bang.banyak nsekarang orang merasakan "Galau" dalam hidup. Itu karna mereka kurang yakin dengan apa yang dipikirkanya,
ReplyDeletehttp://fireworkdeni.blogspot.com/