A.Latar Belakang
Tahun 2005, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka peringatan hari Kesehatan Nasional, mengeluarkan petunjuk agar segera dilakukan revitalisasi penyegaran posyandu. Penyegaran posyandu tersebut di perlukan ketika di masyarakat muncul gejala terjadinya gizi buruk, bangkitnya kembali polio serta penyakit menular lainnya, banyak pihak mengkaitkan kejadian tersebut sebagai akibat makin menurunnya intensitas pembinaan dan kegiatan posyandu (Anonymous, 2009).
Kemudian pada akhir bulan November 2006 Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, telah menutup kongres pembangunan manusia Indonesia 2006 di Jakarta. Kongres ini merupakan serangkaian konferensi yang telah diadakan dibeberapa Provinsi sebagai wujud komitmen pemerintah Indonesia dalam pembangunan manusia di Indonesia. Pada peristiwa itu Presiden RI sangat mengkhawatirkan pertumbuhan penduduk yang meningkat melebihi angka kematian 1,3% per tahunnya, angka kematian ibu hamil dan melahirkan, serta angka kematian bayi dan anak, oleh karena itu selama tahun 2006 Yayasan Damandiri menyambut seruan Presiden untuk merevitalisasi posyandu atau pos pelayanan terpadu sebagai salah satu lembaga pedesaan yang menampung dan menjadi wahana partisipasi masyarakat dalam pembangunan KB dan kesehatan (Anonymous, 2009).
Dalam lampiran keputusan Menteri kesehatan RI No.574/Menkes/SK/IV/2000 di tetapkan visi dan misi serta strategi baru pembangunan kesehatan. Visi baru, yaitu Indonesia sehat 2010, akan dicapai melalui berbagai program pembangunan kesehatan yang telah tercantum dalam undang-undang No.25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional atau propenas (Depkes.2003).
Di Indonesia di setiap desa mempunyai posyandu sebanyak 4-5 tempat dan di selenggarakan sekali setiap bulan. Di posyandu pelayanan utama yang diberikan meliputi kesehatan ibu, imunisasi, keluarga berencana (KB), penimbangan anak dibawah umur 5 tahun dan penyuluhan kesehatan (Burn, 2000).
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka ia cenderung akan mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan mereka yang pengetahuannya rendah. Mereka yang memiliki pengetahuan yang tinggi mempunyai kecendrungan untuk memilih tenaga kesehatan sebagai solusi untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan (Anonymous, 2009).
Suatu hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat menyatakan bahwa rendahnya pengetahuan ibu telah menyebabkan pencapaian program posyandu rendah terutama dalam hal partisipasi masyarakat untuk datang ke posyandu. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sriwahyuni yang menyatakan bahwa kualitas pelaksanaan posyandu berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang posyandu (Sriwahyuni, 2003).
Menurut data Anonymous (2009), posyandu yang ada diseluruh Indonesia mencapai 240.000 buah. Dan menurut data yang dikeluarkan oleh Dinkes Prov NAD tahun 2005, jumlah posyandu di Nanggroe Aceh Darussalam mencapai 6.197 buah (Depkes, 1997).
Data yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Dinkes Prov NAD) Tahun 2006 menunjukkan bahwa balita yang ditimbang hanya 257.515 balita, balita yang naik berat badannya mencapai 176.151 balita. Dan balita yang berat badan dibawah garis merah mencapai 11.812 balita (Depkes, 2006).
Menurut data dari Dinkes Prov NAD, Kabupaten Aceh Barat Daya menduduki peringkat yang ke 12 dari 20 Kabupaten yang memiliki balita dengan berat badan dibawah garis merah. Dengan jumlah balita yang dibawah garis merah berjumlah 331 dan jumlah balita yang ditimbang 9.414 balita dari 13.412 jumlah balita yang ada di Aceh Barat Daya. Dan jumlah posyandu yang ada Di Kabupaten Aceh Barat Daya sebanyak 193 buah pos (Depkes, 1997).
Data yang diperoleh dari Puskesmas Alue Pisang, posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Alue Pisang sebanyak 19 buah dari 9 desa. Dan jumlah balita di Desa padang Sikabu yang mengunjungi posyandu tahun 2007 sebanyak 196 balita dan pada tahun 2008 jumlah balita yang mengunjungi posyandu sebanyak 168 balita (laporan bulanan posyandu,2008).
Menurut kader posyandu desa Padang Sikabu, ibu-ibu yang banyak membawa balitanya ke Posyandu hanya pada saat datang bantuan makanan dari WHO yang berupa biscuit, mie instant, dan susu formula. Sedangkan pada saat bantuan berakhir terjadi penurunan pada ibu-ibu yang membawa balitanya ke Posyandu.
Berdasarkan data yang didapatkan dari kepala desa Padang Sikabu, menunjukkan bahwa rata-rata tingkat Pendidikan penduduk di desa Padang Sikabu adalah tamat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi/Diploma sedangkan pengetahuan ibu dalam aspek kesehatan masih rendah.
Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Tinjauan pengetahuan, pendidikan dan sikap Ibu yang mempunyai balita terhadap pencapaian Kunjungan ke posyandu Di Desa Padang Sikabu Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2009.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Tinjauan pengetahuan, pendidikan dan sikap ibu Yang mempunyai balita terhadap pencapaian kunjungan ke Posyandu di Desa Padang Sikabu Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2009.
C. Tujuan Penelitian
1.Tujuan umum
Untuk mengetahui Tinjauan pengetahuan, pendidikan dan sikap ibu Yang mempunyai balita terhadap pencapaian kunjungan ke posyandu di Desa Padang Sikabu Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2009.
2.Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tinjauan tingkat pengetahuan ibu terhadap pencapaian kunjungan ke posyandu di Desa Padang Sikabu Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2009
b. Untuk mengetahui Tinjauan tingkat pendidikan ibu terhadap pencapaian kunjungan ke posyandu di Desa Padang Sikabu Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2009.
Untuk mengetahui Tinjauan sikap ibu terhadap pencapaian kunjungan ke posyandu di Desa Padang Sikabu Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2009.
No comments:
Post a Comment