A. Latar Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia . Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai Indonesia sehat 2010 (Depkes Ri, 1999).
Dengan adanya rumusan visi tersebut, maka lingkungan yang diharapkan dimasa depan adalah lingkungan yang bebas dari volusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai melalui perilaku masyarakat Indonesia sehat 2010 yaitu perilaku proaktif untuk memelihara dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 1999).
Salah satu penyakit akibat perilaku yang tidak sehat adalah diare. Faktor kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit diare, faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku masyarakat (Rohim, 2002).
Pokok program pembangunan kesehatan adalah program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, membentuk seminar dan mengarahkan perilaku individu, keluarga dan masyarakat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 1999).
Menurut catatan WHO diare membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahunnya, sedangkan Indonesia menurut surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua pada balita (Widjaja, 2002).
Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di Indonesia . Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 perseribu penduduk setahunnya dengan upaya yang sekarang telah di laksanakan, angka kematian dirumah sakit dapat ditekan menjadi kurang dari 3% (Rusepno, 1985).
Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di 12 Provinsi yaitu sebanyak 1.436 orang. Dan nenurut data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan angka kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per seribu penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6-2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4/1.000 balita. Di laboratorium ilmu kesehatan anak rumah sakit umum daerah Dr. soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23%, Tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang di rawat dengan 227 (19,56%) penderita yang meninggal karena dehidrasi (Rohim, 2002).
Data dari Dinas Kesehatan NAD Tahun 2006, menunjukkan kasus diare di Nanggroe Aceh Darussalam berjumlah 91.415 kasus diare pada Balita, jumlah Balita yang terkena diare berjumlah 49.571 dan balita yang terkena diare yang ditangani oleh Tenaga kesehatan berjumlah 39.678 balita (Depkes, 2006).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar tahun 2006, kasus diare yang terdapat di Aceh besar sebanyak 3.116 kasus, dan jumlah balita yang terkena diare sebanyak 1.100 balita (100% ) dari 27.484 jumlah balita yang ada di Aceh Besar.
Berdasarkan laporan Puskesmas Kajhu jumlah balita yang terkena diare pada tahun 2008 berjumlah 90 balita dan pada tahun 2009 dari bulan Januari sampai bulan Juni sebanyak 31 balita dari 13 Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kajhu (Laporan Puskesmas).
Data yang didapatkan dari 3 Polindes di wilayah kerja Puskesmas Kajhu yaitu sejak bulan januari s/d bulan juli yaitu sebanyak 25 balita.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Kajhu, ibu-ibu yang datang untuk berobat ke Puskesmas rata-rata berpendidikan tingkat menengah keatas. Dan rata-rata penghasilan yang didapatkan setiap bulan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui Gambaran Faktor-fakor yang mempengaruhi Ibu terhadap Penanganan Diare Pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2009.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap penanganan diare pada balita di Pelayanan Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Aceh besar Tahun 2009.
C. Tujuan Penelitian.
1. Tujuan umum
Adapun yang menjadi tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu terhadap penanganan diare pada balita di Pelayanan Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Aceh besar Tahun 2009.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan diare pada balita di Pelayanan Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Aceh besar Tahun 2009.
b. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu terhadap penanganan diare pada balita di Pelayanan Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2009.
c. Untuk mengetahui gambaran tingkat ekonomi keluarga terhadap penanganan diare pada balita di Pelayanan Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2009.
No comments:
Post a Comment