Kamu mungkin bisa menunda waktu, tapi waktu tidak akan bisa menunggu...Waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.

Monday, May 30, 2011

KEKUASAAN

Harta, tahta dan wanita, tiga hal yang membuat manusia jatuh ke jurang ke binasaan. Lubang yang mampu menjatuhkan manusia ke neraka. Apalagi sekarang, tahta ataupun kekuasaan merupakan tempat yang sangat diincar oleh setiap ahli politik dan manusia yang tersesat lainnya yang lupa akan tujuan hidupnya di dunia. Kekuasan yang sering membuang manusia bersikap sombong. Karena merasa mempunyai kekuasaan manusia tersebut bukan bersyukur akan nikmat yang diterimanya, malah menyalahgunakan kekuasaan tersebut untuk pemuasan nafsunya. Menyalahgunakan kekuasaan itu untuk menindas manusia lainnya. Menggunakan kekuasaan tersebut untuk kepentingan pribadi.

Hal ini berlaku bagi semua manusia pada umumnya dengan suatu situasi dan kondisi. Misalnya saja seorang dosen yang merasa dibutuhkan oleh mahasiswa karena jabatannya sebagai dosen juga ada kemungkinan sidosen akan menyalahgunakan jabatannya itu sebagai dosen. Karena merasa berkuasa dengan jabatan dosen yang disandangnya, maka dia akan menyalahgunakan kekuasaannya untuk menekan mahasiswa dan membuat jera mahasiswa jika berhubungan dengan si dosen. Seorang dosen merupakan guru dan teladan bagi mahasiswanya. Namun apa jadinya ketika mahasiswa memerlukan tanda tangan dosen namun dosen itu dengan jelas menolaknya hanya karena persoalan yang tidak seharusnya disalahkan jika melihat birokrasi yang sangat tidak menguntungkan bagi mahasiswa, hanya karena persoalan yang kadang-kadang tidak masuk akal seperti karena mahasiswanya jelek makanya dia tidak mau membantu mahasiswanya. Lucu memang, namun itulah manusia, seberapapun mulinyaa seorang guru juga bisa jatuh ke dalam jurang kesombongan karena kekuasaannya. Tidak patut seorang dosen yang menjadi panutan memberikan contoh yang buruk terhadap mahasiswa.


Ataupun sebaliknya seperti misalnya saja seorang mahasiswa yang mengetahui aib dari dosennya. Kebetulan dosen yang diketahui aibnya tersebut merupakan dosen yang sangat killer. Maka mulailah simahasiswa tersebut mengancam dan memeras dosen untuk kepentingan pribadinya seperti harus diberikan nilai yang bagus dan sebagainya. Pada titik ini, ketika mahasiswa mengetahui aib dari dosennya yang killer dia telah medapatkan kekuasaan untuk mempermainkan atau tetap menyimpan aib dosen tanpa harus memberitahukannya kepada siapapun. Disinilah letak kebijaksanaan manusia. Disinilah diperlukan agam dan akal dari manusia untk membedakan antara yang baik dan buruk. Artinya ketika seorang anak manusia mempunyai kekuasaan akan sesuatu maka yang akan menjaga anak manusia dari kesalahan dalam memegang kekuasaan tersbut adalah agama dan akalnya (nurani dan ilmu pengetahuannya).

Pada situasi dan kondisi apapun manusia pasti pernah dan akan merasakan berada dipuncak. Bisa saja seseorang itu merasa berkuasa hanya dengan bisikan seorang teman, itupun temannya mengatakan dengan keadaan yang tidak serius artinya hanya bercanda. Anda pasti tahu teman yang dimaksud. Bisa setan, jin, dedemit atau sejenisnya yang berperilaku sama.

Kekuasaan itu tidak mesti seseorang harus mempunyai jabatan untuk mendapatkan kekuasaan. Dengan beberapa kondisi dan situasi tertentu juga mampu dan bisa membuat manusia mempunyai kekuasaan. Artinya kekuasaan itu tidak hanya terpaku karena jabatan yang dimiliki seseorang. Karena kekuasaan itu adalah suatu keadaan dimana seseorang atau sesuatu mempunyai peran penuh dan pemegang kunci dari suatu kejadian dan keadaan.

Pada akhhirnya, kekuasaan itu sebenarnya adalah cobaan dan ujian yang diberikan kepada manusia. Kemana mareka akan membawanya tergantung kepada akal dan keimanan mareka. Jika mareka berakal maka mareka akan membawanya kejalan yang baik. Namun jika dia tidak berakal maka dia akan membawanya kejalan yang buruk. Akal juga tidak akan mempunyai makna dan manfaat jika tidak adanya keimanan sebagai penunjuk jalan dalam menjalankan akal.

Tidak bisa dipungkiri manusia tempat salah dan khilaf. Namun tidak bisa dipungkiri juga jika kesalahan dan kekhilafan itu dilakukan secara berulang-ulang. Wallahu ‘alam bis sawab.

No comments:

Post a Comment