Kamu mungkin bisa menunda waktu, tapi waktu tidak akan bisa menunggu...Waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.

Friday, March 11, 2011

Budaya Tanpa Generasi

Apakah kita tahu lambang dari Negara tercinta kita Indonesia? Penulis yakin semua kita tahu lambang dari Negara kita dan pasti akan menjawab Bhineka Tunggal Ika. Namun apakah kita tahu makna yang terkandung dari lambang tersebut? penulis yakin tidak semua orang mampu memahami makna yang terkandung dari lambang kebesaran bangsa ini. Mungkin saja termasuk empunya tulisan kusam ini dalam penilaian orang banyak.
Bhineka Tunggal Ika mempunyai arti berbeda-beda tapi tetap satu jua. Lambang yang mengambarkan kemajemukan bangsa Indonesia. Lambang yang digunakan untuk mengambarkan keanekaragaman masyarakat dan budaya yang bersatu dalam satu wadah kenegaraan, dan itu adalah Republik Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat majemuk (plural society). Menurut J.S Furnivall Plural society atau masyarakat majemuk merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai macam kelompok atau golongan yang mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, dengan demikian berbeda pula dalam agama, bahasa dan adat istiadat.

Kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai atau hukum, dan simbol-simbol yang mareka terima tanpa sadar atau tanpa dipikirkan, yang semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dan paniruan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. (Alo Liliweri: 2003).
            Sedangkan E.B taylor memberikan definisi dari Budaya adalah keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan kemampuan lainnya serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Soekanto: 1997)
Terdapat banyak suku dan etnis di Negara Indonesia, sehingga melahirkan keanekaragaman budaya. Dan Aceh merupakan daerah yang termasuk kedalam kemajemukan bangsa Indonesia. Daerah yang terletak di bagian barat dari wilayah Negara ini, mempunyai budaya yang berbeda dengan etnis lain.
Salah satu perilaku atau kebiasaan yang hidup di dalam masyarakat Aceh yaitu masyarakat Aceh mempunyai rasa sosial dan solidaritas yang luar biasa. Mareka juga mempunyai rasa tanggung jawab bersama dalam mendidik generasi muda mareka kedepannya. Seperti misalnya setiap orang tua Aceh akan lansung menegur atau bahkan bisa lansung memberikan hukuman kepada anak-anak mareka ataupun anak-anak warga lain yang melakukan kenakalan atau kesalahan. Dengan kata lain, anak-anak yang melakukan kenakalan boleh ditegur atau dihukum semua orang tua di daerah tersebut. Tidak mesti orang tua kandung dari anak-anak yang melakukan kenakalan tersebut yang menegur (menasehati) atau menghukumnya. Dan anak-anakpun sangat-sangat menghormati orang tua-tua lain seperti halnya mareka menghormati orang tua kandungnya.
Hal atau kebiasaan yang dilakukan masyarakat Aceh merupakan sikap dan perilaku yang telah menjadi budaya. Sehingga mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap dan pola tingkahlaku generasi mareka kedepannya. Mareka sadar betul bahwa anak-anak mareka tidak mampu dan tidak mungkin dipantau atau dikontrol secara individual, akan tetapi perlu adanya kerja sama antara masyarakat dalam mengontrol perilaku anak-anak mareka.
Ada suatu teori di dalam kriminologi yang di kenal dengan cultular deviance theory (teori penyimpangan budaya), teori ini mengatakan bahwa penjahat itu dibentuk oleh lingkungannya. disebabkan Karena disintegrasi nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat. Dengan logika berpikir terbalik, maka kita akan dapat mengatakan orang baik di bentuk oleh lingkungannya juga. Jika lingkungan tempat tinggal anak-anak kita baik, maka anak-anak kita akan menjadi baik. Hal ini selaras dengan kebudayaan yang ada dan hidup di daerah Aceh.
Anak-anak kita merupakan generasi bangsa. Generasi bangsa merupakan aset bangsa yang sangat berharga. Baik buruknya suatu bangsa tergantung pada generasi penerusnya. Maka, kita harus menjaga nilai-nilai atau norma yang hidup dalam masyarakat (budaya) tetap berjalan sebagai mana kebiasaannya. Demi bangsa Indonesia yang lebih baik dan maju kedepannya.
Namun sekarang, kebudayaan itu telah hilang karena berbagai macam penyebab. Antara lain karena konflik yang berkepanjangan di Aceh, dan tidak terlepas dari pengaruh globalisasi yang menyebabkan sikap individualisme makin berkembang pesat di masyarakat Aceh. Para orang tua sudah tidak lagi perduli dan mengontrol generasi muda mareka. Penerus bangsa pun sudah tidak lagi menghargai atau menghormati para orang tua.
Generasi muda sekarang mempunyai kehidupan sendiri, dunianya sendiri, dan negara impian sendiri yang mareka bangun dalam ruang kehidupan mareka. Sikap seperti ini yang membuat bangsa kita kehilangan generasi akan budaya. Tidak mempunyai penerus yang mau memperlajari dan mengajarkan budaya bangsanya sendiri. Tidak ada lagi yang mau perduli terhadap identitas bangsanya. Perlahan tapi pasti, budaya yang kita banggakan hilang dan tidak ada yang ditinggalkan oleh generasi tua untuk generasi muda kedepannya. Dan pada akhirnya Generasi muda kita mulai melenceng dari rel yang seharusnya mareka tapaki. Mareka akan mencari identitas yang baru untuk mareka aplikasikan dalam kehidupan mareka sehari-hari. Maka sekarang kita banyak melihat pemuda kita bergaya ala barat dan jepang(seperti gaya harajuku) mulai dari penampilan sampai tingkahlaku mareka yang kebarat-baratan.
Ketika budaya telah hilang maka identitas kitapun ikut memudar. Karakter kita sebagai bangsa yang berbudayapun ikut hanyut terbawa arus waktu. Maka setiap hari kita akan melahirkan generasi-generasi yang akan menghancurkan bangsa. Generasi yang tidak bangga akan bangsa Indonesia. Karena mareka sudah memakai identitas bangsa lain yang tidak sesuai dengan culture kita. Mareka sudah tidak menghormati nilai-nilai yang ada di masyarakat, Seperti mempunyai anak diluar nikah bukanlah hal yang tabu sekarang, atau permasalahan sosial lainya seperti keluar masuk penjara, bukanlah hal yang besar, bahkan mareka bangga dengan title residivis yang mareka dapatkan di “Akademi” LAPAS.
Dengan hilangnya budaya bangsa maka secara tidak lansung kita telah dan akan melahirkan generasi-generasi yang koruptor, Melahirkan generasi yang suka mencuri dan melakukan tindakan criminal. Bagaimana wajah bangsa kita kedepan, anda bisa bayangkan.
            Namun ada satu hal yang patut kita syukuri, tidak semua ciri khas bangsa kita yang hilang. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang suka bergotong royong dan mempunyai rasa sosial yang tinggi. Dan ini sudah terbukti, kasus Bank Century contohnya. Banyak orang yang terlibat di dalamnya, dan kebanyakan merupakan mareka yang mengatakan dirinya pro akan rakyat. Ini merupakan suatu sikap yang harus kita banggakan, dan kita patut memberikan apresiasi untuk mareka yang masih menjaga sebagian dari identitas bangsa walaupun salah dalam menempatkannya.
Albert Eisten seorang ilmuwan pernah mengatakan bahwa, dunia menjadi sangat berbahaya bukan karena perbuatan jahat manusia; akan tetapi karena mareka yang melihat kejahatan tersebut tidak melakukan tindakan apapun selain menonton saja. Jangan salahkan generasi muda kita jika mareka tidak perduli akan budaya dan bangsanya sendiri. Jangan salahkan mareka jika mareka sudah tidak mempunyai moral dalam setiap hembusan nafasnya.
Mari bertindak sekarang untuk masa depan bangsa yang lebih cerah, mempersiapkan generasi terbaik untuk masa depan Negara kita dengan meregenerasikan kultur kita. Jangan biarkan generasi bangsa kita buta akan budayanya sendiri. Dengan tahu budaya, maka generasi muda akan berupaya untuk mengikuti budayanya. Jadi nilai-nilai yang selama ini telah bergeser bahkan pudar di dalam masyarakat akan kembali ke relnya semula. Dan pada akhirnya, dengan tahu budaya mareka yang sebenarnya, maka mareka akan bangga menjadi bangsa Indonesia, karena mareka tahu bahwa sebenarnya bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beradab dan berbudaya. Keperdulian generasi muda terhadap budaya mareka merupakan tanda rasa nasionalisme mareka sangat tinggi. Dengan rasa nasionalisme yang tinggi maka kecintaan dan kebanggaan mareka terhadap bangsanya tidak perlu diragukan lagi.
Cukuplah Aceh yang kehilangan budayanya. Jangan biarkan suku dan etnis bangsa yang bersatu dalam wadah Republik Indonesia ikut merasakan hal yang serupa dengan Aceh. Budaya adalah ciri khas setiap suku dan etnis dan juga ciri khas bangsa kita, jangan biarkan kultur kita  berlalu begitu saja tanpa berusaha menahan dan mengenalkannya pada dunia.
Semoga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar seperti yang diimpikan Soekarno dan rakyat Indonesia.

No comments:

Post a Comment