“Dimana
letak cinta jika tujuan sudah berbeda. Apa artinya sayang jika keinginan hilang
melayang. Apa artinya sebuah kata rindu jika kita memang sudah tak bisa untuk menyatu.“ (......)
Tak kuragukan sayangmu
padaku dalam hal apapun. Namun tetap kubertanya pada diriku tentang sayang yang
kau ucapkan padaku. Berbagai pertanyaan datang dan menghujam setiap bagian dari
hati dan pikiranku. Aku ragu, bimbang dan terharu. Di satu sisi tak boleh ada
rasa curiga jika aku sayang padamu. Tapi itu terjadi, dan aku tak kuasa untuk
melawan setiap kotoran yang bertumpuk di kepala dan hati.
Kucoba memperlebar
ruang di hati, berharap sesak hilang dan berganti dengan lapang. Itu berhasil,
walau tak terlalu lapang. Lumanyan untuk orang yang tidak terlalu ikhlas dalam
hidup. Perlahan namun pasti, semua pasti bisa teratasi. Itu yang kuyakini
dengan jawaban waktu yang memberi. Tapi, tetap saja bayangmu suka mampir dan
menyapa. Setiap kali aku dalam kesendirian. Kadang kau tersenyum, kadang kau
cemberut. Tak senang jika kulihat engkau bermuka masam. Ku kukatakan padamu, langit
mendung, menghilangkan keindahan mentari, rasanya pudar cantikmu jika engkau
bermuka muram. Tak ayal aku menangis setiap kali teringat jika engkau telah
pergi.