Kamu mungkin bisa menunda waktu, tapi waktu tidak akan bisa menunggu...Waktu yang hilang tidak akan pernah kembali.

Sunday, June 26, 2011

Gambaran perilaku Ibu Tentang Imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT) / Hipatitis B (HB) pada bayi di wilayah kerja pukesmas Jeulingke Banda Aceh tahun 2009”.


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada saat seorang bayi dilahirkan ke dunia,ia sudah harus menghadapi berbagai ‘musuh’ yang mengancam jiwa. Virus, bakteri, dan berbagai bibit penyakit sudah siap menerjang mauk ke tubuh yang masih tampak lemah. Ternyata sang bayi mungil pun sudah siap utuk menghadapi kerasnya dunia, berbekal antibody yang di berikan ibunya, ia siap menyambut tantangan. Inilah contoh dari apa yang kita sebut sebagai daya imunitas (kekebalan) tubuh (Anonymous, 2009).
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun dan kematian  maternal dan bayi tersebut terjadi terutama di Negara berkembang sebesar 99%, pada tahun 1976 mulai di kembangkan imunisasi DPT di beberapa kecamatan yang di dahului oleh pulau Bangka di Sumatera Selatan tahun 1977 di tentukan sebagai fase persiapan pengembangan program imunisasi , tahun 1980 program imunisasi rutin terus di kembangkan dengan memberikan enem jenis antigen yaitu BCG, Polio, DPT, Campak, TT dan DT (Depkes RI, 2005)

Menurut undang-undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, “paraadigma Sehat”  di laksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan. Penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi).
Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan Republlik Indonesia No. 1059/MENKES/SK/IX/2004, salah satu pembangunan kesehatan nsional untuk mewujudkan “Indonesia sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan kesehatan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus  mempunyai konstribusi positif terhadap terbentuknya lngkungan yang sehat dan perilaku sehat.sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.
Indonesia sehat 2010 adalah visi pembangunan kesehatan nasional yang menggambarkan masyarakat Indonesia di masa depan penduduknya hidup dalam lingkungan sehat. Dengan mengemban visi ini, maka masyarakat di harapkan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya prnyakit, melindungi dari dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalaqm gerakan kesehatan masyarakat. Salah satu perilaku sehat yang harus di ciptakan untuk menuju Indonesia sehat yang harus di ciptakan  untuk menuju Indonesia sehat 2010 adalah perilaku. Pencegahan dan penanggulangan penyakit dengan kegiatan imunisasi (Depkes RI,2000).
 Marzuki Dirut PT Indofarma (Persero) mengemukakan bahwa vaksin Combo lebih efisien, praktis, ekonomis dan aman.. Dengan demikian, cakupan imunisasi lebih mudah dan cepat  tercapai, dan jumlah kunjungan ke fasilitas kesehatan dan transformasi berkurang, serta KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) juga berkurang, jumlah pemakaian jarum suntikpun berkurang. Dari semula enam buah jarum suntik (anonymous, 2009)
Mengingat tingginya prevelansi hepatitis B di Indonesia, memacu pemerintah untuk segera mengintegrasikan imunisasi hepatitis B ke dalam program imunisasi rutin secara nasional sesuai dengan anjuran Technical Advisory group on Viral Hepatitis & Global Advisory Group WHO. Telah merekomendasikaan bahwa imunisasi hepatitis B harus masuk dalam program imunisasi nasional. Kendala yang timbul dari di tambahkannya vaksin hepatitis B ke dalam pogram imunisasi  nasional , karena pemberian imunisasi DPT dan HB dilakukan secara terpisah , sebanyak enam kali  (tiga kali DPT dan tiga kali HB). Kemajuan dalam bidang teknologi pembuatan vaksin, telah memungkinkan vaksin DPT dan HB dapat di kombinasikan dalam satu preparat tunggal (DPT/HB).
Bukan hanya ini jadwal imunisasi harus di rancang agar dosis pertanma vaksin hepatitis B di berikan sedini mungkin, sesuai dengan epidemiologi penyakitnya. Karena transmisi perinatal virus hepatitis B banyak terjadi (45,8%) dari ibu pengidap hepatitis B. Untuk dosis pertama HB harus diberikan segera Setelah bayi lahir. Jika transmisi perinatal bukan merupakan masalah, maka dosis pertama imunisasi HB dapat di berikan pada bayi saat berusia 6-8 minggu, yaitu bersamaan dengan dosis pertama DPT, dan dosis vaksin HB selanjutnya dapat diberikan bersamaan dengan tiap dosis vaksin DPT. Dengan demikian, jadwal pemberian imunisasi DPT/HB disesuaikan dengan endemisitas hepatitis di daerah. Target yang di tetapkan pemerintah dalam dua tahun ke depan adalah dapat mengimunisasi 4.725.472 anak. Jumlah ini di ambil dari 7 provinsi, yaitu DKI Jakarta , Banten, Jawa Barat, Jawa TENGAH, Jawa Timur, Sumatera utara, dan Sulawesi Selatan.Imunisasi ini juga meliputi 63 Kabupaten dan kota dari provinsi tersebut (Anonymous, 2009).
Walaupun pemerintah telah menargetkan imunisasi seperti yang telah disebutkan di atas, namun pada kenyataannya kegiatan imunisasi sendiri masih kurang mendapat oerhatian dari para ibu yang memiliki bayi. Tidak sedikit ibu-ibu yang tidak bersedia untuk mengimunisasikan anaknya dengan alas an yang sangat sederhana yaitu ibu-ibu sibuk dengan urusan rumah tangga dan ketakutan akan efek sampingdari pemberian imunisasi yang disertai pengetahuan ibu yang rendah tentang imunisasi (M.Ali, 2005).
Banyak anggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. Banyak pula orang tua dan kalangan praktisi tertentu khawatir terhadap resiko dari beberapa vaksin. Adapula media yang masih mempertanyakan mamfaat imunisasi serta membesar-besarkan resiko beberapa valsin. Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena penggunaan sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang tentang kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang program ini amat di perlukan untuk kalangan tersebut  (M.Ali, 2005).
Dalam hal ini peran orang tua, khususnya ibu menjadi sangat penting, karena orang terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu. Demikian juga tentang pengetahuaqn, kepercayaan, dan perilaku kesehatan ibu. Pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi status imunisasinya. Masalah pegertian dan pemahaman ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi halangan yang besar jika pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan. Pengetahuan ibu tentang imunisasi akan membentuk sikap positif terhadap kegiatan imunisasi. Hal ini juga merupakan faktor  dominan dalam keerhasilan imunisasi, dengan pengetahuan yang baik yang ibu miliki maka kesadaran untuk mengumunisasikan bayi akan meningkat. Pengetahuan yang dimiliki ibu tersebut akan menimbulkan kepercayaan ibu tentang kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi (M.Ali,2003).
Berdasarkan data puskesmas Jeulingke Banda Aceh jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi DPT / HB pada bulan januari sampai September 2009 sebanyak 475 bayi yaitu DPT / HB I sebanyak 175 (53,6%), DPT / HB II sebanyak 153 (46,9%), dan DPT / HB III sebanyak 147 (45,0%) (Laporan imunisasi, 2009).
Dari studi pendahulan yang dilakukan diwilayah kerja puskesmas Jeulingke  Banda Aceh, dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu-ibu di daerah tersebut, ada yang belum membawa bayinya untuk imunisasi atau ibu belum mengetahui pentingnya pemberian imunisasi DPT / HB pada bayi. Hal ini karena pengetahuan ibu yang kurang, disebabkan oleh kurangnya informasi tentang imunisasi DPT/HB, sehingga ibu takut membawa bayinya untuk imunisasi karena ibu merasa hawatir dengan efeksamping yang tibul akibat imunisasi DPT/HB.hal ini bias disebabkan oleh pengetahuan ibu yang kurang dan persepsi ibu yang salaah tentang imunisasi DPT/HB, sehingga berpengaruh pada sikap ibu yang kurang respon terhadap imunisasi. Pengetahuan dan persepsi yang benar  tentang imunisasi akan membentuk sikap positif seseorang terhadap imunisasi.
Dari latar belakang inilah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul  “ Gambaran perilaku Ibu Tentang Imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT) / Hipatitis B (HB) pada bayi di wilayah kerja pukesmas Jeulingke Banda Aceh tahun 2009”.

B.  Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masih rendahnya cakupan imunisasi DPT / HB di Indonesia salah satu penyebabnya adalah pengetahuan yang kurang. Dalam penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah “Bagaimanakah Gambaran Perilaku Ibu Tentang Imunusasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT) / Hepatitis B (HB) Pada bayi diwilayah kerja pukesmas Jeulingke Banda Aceh Tahun 2009?

C.  Tujuan Penelitian 
     1.   Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu tentang imunisasi Difteri pertusis Tetanus (DPT) Hipatitisss  (HB) pada bayi di wilayah kerja puskesmas Jeulingke Banda aceh tahun 2009.                             
     2.   Tujuan Khusus
           a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi Diferi pertusis Tetanus (DPT)  / Hepatitis B (HB) pada bayi di wilayah kerja puskesmas jeulingke Banda Aceh tahun 2009.
b.  Untuk mengetahui gambaran persepsi ibu tentang imunisasi Diftresi pertusis Tetanus (DPT) / Hepatitis  B (HB) pada bayi di wilayah kerja puskesmas Jeulingke Banda Aceh tahun 2009.
c.  Untuk mengetahui gambaran sikap ibu tentang imunisasi Difteri pertusis Tetanus (DPT) / Hepatitis B (HB) pada bayi di wilayah kerja puskesmaas Jeulingke Banda Aceh tahun 2009.

D.  Manfaat Penelitian
     1. Bagi Ibu
         Memberikan bahan masukan untuk  ibu teentang pentingnya imunisasi DPT/HB pada bayi dan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan responden khususnya tentang imunisasi .
    2.  Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan kajian bagi institusi pelayanan khususnya Puskesmas Jeulingke  dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada ibu dan anak  dalam upaya menurunkan angka kesakitan pada bayi.
    3.  Bagi Penulis
         Untuk menambah pengalaman dan sebagai penerapan ilmu pengetahuan dibidang kebidanan dalam  pelayanan kesehatan dalam program imunisasi DPT/HB dan dapat mengaplikasikan mata kuliah metodelogi penilitian.
     4. Bagi Institusi Pendidikan            
Hasil penilitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bacaan bagi Mahasiswa.

           

No comments:

Post a Comment